Menyusuri sungai dengan perahu boat memberikan sensasi tersendiri. Sungai Musi meski tak jernih relatif lebih bersih. Arusnya yang besar sempat membuat jantung berdebar karena tidak semua perahu dilengkapi pelampung. Namun kelihaian sang juru mudi membuat saya tenang. Pemandangan di sepanjang perjalanan menuju pulau kemaro cukup menarik. Selain jejeran rumah rakit di pinggiran sungai, kita juga bisa melihat aktivitas warga. Beberapa orang dewasa ada yang asyik memancing, sebagian mencuci, sementara anak-anak dengan bebas berlarian, bertelanjang, dan terjun mandi di sungai. Di perjalanan kita juga akan melewati kapal-kapal besar milik pabrik pupuk, PT Pusri. Meski demikian jangan harap bisa duduk tenang melihat pemandangan dan berfoto ria. Goncangan perahu cukup kencang. Percikan air sungai pun sesekali masuk ke dalam perahu.
Setelah 15 menit di perjalanan, perahu pun merapat di dermaga Pulau Kemaro. Pulau ini konon selalu kering dan tidak pernah terendam air meski debit air Sungai Musi meningkat. Kemaro berasal dari bahasa Palembang yang berarti kemarau. Meski demikian pulau ini nampak rimbun dengan pepohonan sehingga saat cuaca panas terik
sekali pun masih bisa berteduh di bawah pohon. ketika turun dari perahu, pengemudi perahu mengingatkan waktu untuk berjalan-jalan hanya sekitar 30-45 menit, sebelum kembali pulang dengan perahu yang sama. Tidak ada perahu yang ‘ngetem’ di Pulau Kemaro. Pengunjung yang datang umumnya akan kembali dengan perahu yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Jangan Spam dan berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan)