KISAH NABI IDRIS A.S
Izrael, Malaikat pencabut nyawa sangat mengagumi kepandaian Nabi Idris. Izrael ingin lebih mengenal Nabi Idris. Atas izin Allah, diam-diam Izrael menyamar sebagai manusia dan bertamu ke rumah Nabi Idris.
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
KISAH NABI ILYASA A.S
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Raja Thalout
Karena ketekunannya dalam beribadah dan menuntut ilmu, Nabi Idris
dikaruniai Allah SWT pengetahuan yang luas dan dalam. Dialah manusia
pertama yang menulis dengan pena serta satu-satunya Nabi yang tinggal di
surga tanpa mengalami kematian.
Nabi Idris lahir di Munaf, sebuah daerah di Mesir. Dia adalah keturunan
ke enam Nabi Adam, dari Yazid bin Mihla’iel bin Qinan bin Syits.
Dia kakek bapak Nabi Nuh AS. Nabi Syits mengajarkan Idris membaca
Shafiah. Allah SWT menurunkan 30 Shahifah kepada Nabi Idris AS yang
berisi petunjuk untuk disampaikan kepada umatnya (keturunan Qabil yang
durhaka kepada Allah).
Idris kecil mempelajari Shafiah dengan tekun, karena kesukaannya membaca
itulah, ia mendapat gelar “Idris”, yang artinya orang yang tekun
belajar. Dia belajar membaca dan menulis tanpa mengenal waktu dan
tempat. Dia menjadi Nabi pertama yang menulis dengan Pena yang terbuat
dari batu kerikil. Tidak mengherankan bila Allah menganugerahkan ilmu
pengetahuan yang luas.
Beliaulah yang mula-mula pandai ilmu hitung dan ilmu bintang, dan beliau
pula manusia pertama yang merancak kuda, menggunting pakian yang
terbuat dari kulit binatang dan menjahitnya.
Dia mempunyai kekuatan yang hebat dan bertabiat gagah berani, sehingga
diberi julukan “Asadul Usud”, artinya Singa dari segala Singa. Dia tidak
pernah lalai sedikitpun dari mengingat Allah, walau sedang sibuk
menghadapi persoalan penting sehari-hari. Hingga Allah memberikan
derajat yang tinggi padanya.
Seperti halnya Nabi Adam dan Nabi Syits, Nabi Idris juga menerima Wahyu
Allah melalui Malaikat Jibril yang berupa 30 Shahifah yang berisi
petunjuk untuk disampaikan kepada Umatnya. Beliau di utus berdakwah
kepada umat keturunan Qabil. Umat ini telah bersikap durhaka kepada
Allah. Mereka menimbulkan berbagai bencana dan kerusakan di muka bumi.
Oleh Nabi Idris orang-orang ini diajak salat, puasa dan bersedekah.
Tapi, keturunan Qabil ini tak mau mendengar ajakan menuju kebaikan itu.
Mereka malah menghina dan mengejek Nabi Idris. “Hidup kami sudah enak,
senang dan serba cukup, kenapa engkau mengganggu kami? Tanya beberapa
orang penting dari kaum itu.
“Ajaranmu aneh, kami tak membutuhkannya!” sahut yang lain. “Lebih baik engkau hidup sendiri bersama Tuhanmu.”
Begitulah tantangan dakwah Nabi Idris selama puluhan tahun menyebarkan
ajaran kebenaran. Hanya beberapa gelintir orang yang mau mengikutinya.
Sebagian besar dari mereka lebih suka mengikuti hawa nafsunya sendiri.
Karena keturunan Qabil semakin menentang ajaran Idris, Allah
memerintahkan Nabi Idris meninggalkan mereka dan membawa pengikutnya
yang setia dan mau beriman kepada Allah untuk menyelamatkan diri. Karena
Allah akan menurunkan azab kepada umat yang durhaka itu.
Begitu Nabi Idris dan pengikutnya meninggalkan negeri itu, datanglah
azab yang dijanjikan Allah. Paceklik merajalela, pertanian gagal, ternak
mati, akhirnya umat yang sesat itupun mati bergelimpangan karena
kelaparan.
Sebaliknya, Nabi Idris dan orang-orang beriman yang mengikutinya diselamatkan Allah dari bencana yang mengerikan itu.
Bersambung …
Kisah Nabi Idris AS dengan Malaikat Pencabut Penyawa
Izrael, Malaikat pencabut nyawa sangat mengagumi kepandaian Nabi Idris. Izrael ingin lebih mengenal Nabi Idris. Atas izin Allah, diam-diam Izrael menyamar sebagai manusia dan bertamu ke rumah Nabi Idris.
“Assalamu’alaikum,” Malaikat Izrael memberi salam sambil mengetuk pintu.
“Wa’alaikum salam,” jawab Nabi Idris, “Silahkan masuk, siapakah itu, dan ada perlu apa datang kemari?”
Izrael menyampaikan maksudnya untuk berkenalan dengan Nabi Idris sebagai
utusan Allah. Akhirnya Nabi Idris mengajak Izrael menginap di rumahnya.
Di rumah Nabi Idris, keduanya asyik beribadah, mereka tidak banyak
bicara melainkan terus beribadah. Ketika tiba waktu makan, Nabi Idris
mempersilahkan tamunya makan. Tamunya menolak. “Silahkan tuan makan
sendiri, saya ingin melanjutkan ibadah saya kepada Allah,” jawabnya.
Setelah makan nabi Idris melanjutkan ibadah bersama tamunya sampai tiba
waktu tidur. “Silahkan tuan tidur disini,” Nabi Idris menunjukkan tempat
tidur tamu.
“Silahkan tuan tidur dulu, saya masih ingin melanjutkan ibadah saya,” jawab sang tamu, tanpa menunjukkan rasa lelah.
Keesokan harinya, kejadian yang sama berulang. Nabi Idris sangat heran,,
siapakah sebenarnya tamu ini, kenapa tamu aneh ini tidak mau makan dan
tidur? Dengan hati-hati Nabi Idris menanyakan hal itu kepada tamunya.
“Saya adalah Izrael, Malaikat pencabut nyawa,” kata sang tamu. Nabi
Idris sangat kaget. “Jadi, engkau datang untuk mencabut nyawa saya?”
tanya Nabi Idris.
Izrael menggeleng, lalu menjelaskan keinginannya untuk mengenal Nabi
Idris lebih jauh. Barulah Nabi Idris sadar, memang begitulah kehidupan
malaikat. Dan para Malaikat memang suka mendekati orang-orang yang
beriman. Bila orang beriman sedang shalat, berdoa, atau melakukan amal
saleh, banyak malaikat yang mengerumuninya.
“Sebenarnya saya ingin merasakan bagaimana rasanya jika nyawa seseorang sedang di cabut,” ujar Nabi Idris tiba-tiba.
“Permintaan tuan aneh sekali,” kata Izrael. Selama ini manusia justru takut nyawanya akan dicabut.
Idris menjelaskan kepada Izrael bahwa pengalamannya akan menjadi bekal
dalam berdakwah. Dengan izin Allah, Malaikat Izrael melakukan apa yang
diminta Nabi Idris. Dicabutnya nyawa Nabi Idris, lalu segera
dikembalikan lagi.
“Saya tidak merasakan apa-apa,” kata Idris setelah bangun dari kematiannya
“Karena saya melakukannya dengan lembut. Begitulah yang selalu saya lakukan terhadap orang-orang beriman,” kata Izrael.
“Bagaimana dengan orang yang tidak beriman? Tanya Nabi Idris penasaran.
“Oh, mereka akan merasakan luar biasa kesakitan waktu nyawa mereka
dicabut,” kata Izrael. Nabi Idris ingin mendengarnya. Terlebih waktu
Izrael mengatakan, rasa sakit itu akan dirasakan simati sampai hari
kiamat. Nabi Idris tidak mampu membayangkan betapa sakitnya. Sakit
sehari saja rasanya sudah tidak tahan, apalagi kalau harus menanggungnya
hingga ratusan tahun sambil menunggu waktu kiamat tiba. Sebaliknya
orang yang beriman akan merasakan kebahagiaan. Setelah mati, mereka akan
menikmati hasil setiap amal saleh mereka di dunia,” tutur Izrael
menjelaskan.
Bersambung …
Kisah Nabi Idris AS Melihat Surga dan Neraka
Setiap hari Malaikat Izrael dan Nabi Idris beribadah bersama. Suatu kali, sekali lagi Nabi Idris mengajukan permintaan. “Bisakah engkau membawa saya melihat surga dan neraka?”
“Wahai Nabi Allah, lagi-lagi permintaanmu aneh,” kata Izrael.
Setelah Malaikat Izrael memohon izin kepada Allah, dibawanya Nabi Idris ke tempat yang ingin dilihatnya.
“Ya Nabi Allah, mengapa ingin melihat neraka? Bahkan para Malaikat pun takut melihatnya,” kata Izrael.
“Terus terang, saya takut sekali kepada Azab Allah itu. Tapi
mudah-mudahan, iman saya menjadi tebal setelah melihatnya,” Nabi Idris
menjelaskan alasannya.
Waktu mereka sampai ke dekat neraka, Nabi Idris langsung pingsan.
Penjaga neraka adalah Malaikat yang sangat menakutkan. Ia menyeret dan
menyiksa manusia-manusia yang durhaka kepada Allah semasa hidupnya. Nabi
Idris tidak sanggup menyaksikan berbagai siksaan yang mengerikan itu.
Api neraka berkobar dahsyat, bunyinya bergemuruh menakutkan, tak ada
pemandangan yang lebih mengerikan dibanding tempat ini.
Dengan tubuh lemas Nabi Idris meninggalkan tempat yang mengerikan itu.
Kemudian Izrael membawa Nabi Idris ke surga. “Assalamu’alaikum…” kata
Izrael kepada Malaikat Ridwan, Malaikat penjaga pintu surga yang sangat
tampan.
Wajah Malaikat Ridwan selalu berseri-seri di hiasi senyum ramah.
Siapapun akan senang memandangnya. Sikapnya amat sopan, dengan lemah
lembut ia mempersilahkan para penghuni surga untuk memasuki tempat yang
mulia itu.
Waktu melihat isi surga, Nabi Idris kembali nyaris pingsan karena
terpesona. Semua yang ada di dalamnya begitu indah dan menakjubkan. Nabi
Idris terpukau tanpa bisa berkata-kata melihat pemandangan sangat indah
di depannya. “Subhanallah, Subhanallah, Subhanallah…” ucap Nabi Idris
beulang-ulang.
Nabi Idris melihat sungai-sungai yang airnya bening seperti kaca. Di
pinggir sungai terdapat pohon-pohon yang batangnya terbuat dari emas dan
perak. Ada juga istana-istana pualam bagi penghuni surga. Pohon
buah-buahan ada disetiap penjuru. Buahnya segar, ranum dan harum.
Waktu berkeliling di sana, Nabi Idris diiringi pelayan surga. Mereka
adalah para bidadari yang cantik jelita dan anak-anak muda yang amat
tampan wajahnya. Mereka bertingkah laku dan berbicara dengan sopan.
Mendadak Nabi Idris ingin minum air sungai surga. “Bolehkah saya meminumnya? Airnya kelihatan sejuk dan segar sekali.”
“Silahkan minum, inilah minuman untuk penghuni surga.” Jawab Izrael.
Pelayan surga datang membawakan gelas minuman berupa piala yang terbuat
dari emas dan perak. Nabi Idris pun minum air itu dengan nikmat. Dia
amat bersyukur bisa menikmati air minum yang begitu segar dan luar biasa
enak. Tak pernah terbayangkan olehnya ada minuman selezat itu.
“Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah,” Nabi Idris mengucap
syukur berulang-ulang.
Setelah puas melihat surga, tibalah waktunya pergi bagi Nabi Idris untuk
kembali ke bumi. Tapi ia tidak mau kembali ke bumi. Hatinya sudah
terpikat keindahan dan kenikmatan surga Allah.
“Saya tidak mau keluar dari surga ini, saya ingin beribadah kepada Allah sampai hari kiamat nanti,” kata Nabi Idris.
“Tuan boleh tinggal di sini setelah kiamat nanti, setelah semua amal
ibadah di hisab oleh Allah, baru tuan bisa menghuni surga bersama para
Nabi dan orang yang beriman lainnya,” kata Izrael.
“Tapi Allah itu Maha Pengasih, terutama kepada Nabi-Nya. Akhirnya Allah
mengkaruniakan sebuah tempat yang mulia di langit, dan Nabi Idris
menjadi satu-satunya Nabi yang menghuni surga tanpa mengalami kematian.
Waktu diangkat ke tempat itu, Nabi Isris berusia 82 tahun.
Firman Allah:
“Dan ceritakanlah Idris di dalam Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah orang
yang sangat membenarkan dan seorang Nabi, dan kami telah mengangkatnya
ke martabat yang tinggi.” (QS Al-Anbiya:85-86).
***
Pada saat Nabi Muhammad sedang melakukan perjalanan Isra’ Mi’raj ke
langit, beliau bertemu Nabi Idris. “Siapa orang ini? Tanya Nabi Muhammad
kepada Jibril yang mendampinginya waktu itu.
KISAH NABI NUH A.S
Yusuf yang paling tampan dan paling disayang oleh ayahnya menjadi
sasaran iri hati sepuluh orang saudara-saudara lelakinya lain ibu
(kecuali Bunyamin yang satu ibu dengan Yusuf). Mereka berencana
mencelakakan Yusuf. Awalnya mereka berencana membawa Yusuf keluar dan
membunuhnya. Tetapi oleh saran Yahudza (yang sebenarnya menyayangi
Yusuf), akhirnya mereka mengubah rencana dengan membuang Yusuf ke suatu
sumur agar diambil oleh kafilah dagang yang melewati daerah tersebut.
Rencana mereka tersebut dilaksanakan dan berhasil. Sebelum pulang mereka
mengambil baju Yusuf dan melumurinya dengan darah palsu. Kemudian, pada
Nabi Ya’kub as. ayah mereka, dikatakan bahwa Yusuf tewas diterkam
serigala. Nabi Ya’kub sangat sedih karena beliau tahu hal tersebut tidak
benar. Beliau sebagai nabi tahu bahwa Yusuf dicelakakan
saudara-saudaranya. Tetapi beliau bersabar.
Yusuf dibawa oleh kafilah dagang tersebut dan dijual di Mesir. Salah
seorang menteri kerajaan Mesir membelinya sebagai budak. Saat itu yang
berkuasa di Mesir adalah seorang raja, bukan fir’aun. Ahli sejarah
memperkirakan Nabi Yusuf ada di zaman Dinasti Hyksos sedang berkuasa.
Setelah Yusuf dewasa, dia pun diangkat Tuhan menjadi rasul-Nya. Setelah
itu, datang ujian dari Tuhan. Beliau terkena fitnah dengan Zulaikha,
yaitu istri tuannya. Wanita itu menuduh Nabi Yusuf as. mau menodainya.
Fitnah tersebut terbukti tidak benar, tetapi Nabi Yusuf tetap dipenjara
untuk menjaga kehormatan tuannya.
Di penjara beliau berjumpa dengan dua orang tahanan yang ingin mimpi
mereka ditafsirkan. Nabi Yusuf yang memang diberi mukjizat dapat
menafsirkan mimpi, dengan tepat dapat menafsirkan mimpi mereka. Tapi
beliau masih berada dalam penjara hingga beberapa tahun kemudian sampai
raja Mesir yang bermimpi. Nabi Yusuf pun menafsirkan mimpi raja dengan
tepat, hingga akhirnya beliau dikeluarkan dari penjara, dimuliakan dan
diangkat jadi bendahara negara Mesir. Setelah menjadi bendahara inilah,
saudara-saudaranya datang ke Mesir untuk mencari persediaan pangan
karena saat itu sedang paceklik. Mereka yang tak lagi mengenal Nabi
Yusuf pun meminta pertolongan pada beliau as. Nabi Yusuf menolong beliau
dengan syarat mereka mau membawa adiknya (Bunyamin) ke Mesir. Akhirnya
Nabi Yusuf bertemu kembali dengan adiknya. Setelah itu beliau pun
meminta saudara-saudaranya membawa ayah dan ibu (tirinya) ke Mesir.
Betapa berbahagianya Nabi Ya’kub as. setelah berpisah puluhan tahun
dapat bertemu kembali dengan Nabi Yusuf as. Saudara-saudara Nabi Yusuf
pun bertaubat pada ALLAH melalui ayah mereka dan ayah mereka pun mau
memohonkan ampunan dari Tuhan untuk mereka. Kemudian seluruh keluarga
mereka, Nabi Ya’kub, istri-istrinya, anak-anak dan cucu-cucunya pindah
ke negeri Mesir, mengikuti Nabi Yusuf as. Inilah asal muasalnya Bani
Israil berpindah ke Mesir.
Setelah beratus tahun hidup di Mesir, kekuasaan berpindah. Dinasti
Fir’aun kembali dapat merebut kekuasaan dan mengalahkan dinasti para
raja Hyksos. Bani Israil yang tadinya hidup mulia sepeninggal Nabi
Yusuf, bertukar nasib menjadi budak-budak Fir’aun. Jumlah mereka setelah
ratusan tahun telah membesar menjadi ratusan ribu orang. Keadaan terus
begini selama beberapa ratus tahun hingga ALLAH mengutus Nabi Musa as.
dan Nabi Harun as. kepada Bani Israil.
KISAH NABI ILYASA A.S
Ia putra dari paman Nabi Ilyas. Melaksanakan dakwah setelah Nabi Ilyas
wafat. Karenanya dalam berdakwah ia berpegang pada syari'at dan metode
nabi Ilyas. Al Qur'an tidak menguraikan tentang Nabi Ilyasa. Hanya
dijelaskan.
"Dan ingatlah akan Ismail, Ilyasa, Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang paling baik."(Q.S. Shaad : 48)
Nabi ini termasuk hamba Allah yang terbaik. Konon nabi inilah yang
disebut dalam kitab Taurat. Di antara mukjizatnya adalah menghidupkan
kembali orang yang telah mati.
Ilyasa adalah rasul dari kalangan Bani Israel dari garis keturunan yang
sama dengan Musa, Harun serta Ilyas. Nama Ilyasa disebut dalam kisah
Ilyas, saat rasul itu dikejar-kejar kaumnya dan bersembunyi di rumah
Ilyasa. Maka besar kemungkinan Ilyasa juga tinggal di seputar lembah
sungai Yordania. Ketika Ilyas bersembunyi di rumahnya, Ilyasa masih
seorang belia. Saat itu ia tengah menderita sakit. Ilyas membantu
menyembuhkan penyakitnya. Setelah sembuh, Ilyasa pun menjadi sahabat
Ilyas yang selalu mendampingi untuk menyeru ke jalan kebaikan. Ilyasa
melanjutkan tugas tersebut begitu Ilyas meninggal. Ilyasa kemudian
mendapati bahwa manusia ternyata begitu mudah kembali ke jalan sesat.
Itu terjadi tak lama setelah Ilyas wafat. Padahal masyarakat lembah
sungai Yordania itu sempat mengikuti seruan Ilyas agar meninggalkan
pemujaannya pada berhala. Pada kalangan itulah Ilyasa tak lelah menyeru
ke jalan kebaikan. Dikisahkan bahwa mereka tetap tak mau mendengar
seruan Ilyasa, dan mereka kembali menanggung bencana kekeringan yang
luar biasa.
KISAH NABI MUSA A.S
Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan Bani
Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun yang bersikap
kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub
adalah beribukan Yukabad.Setelah meningkat dewasa Nabi Musa telah
beristerikan dengan puteri Nabi Syu'aib yaitu Shafura.
Dalam perjalanan hidup Nabi Musa untuk menegakkan Islam dalam penyebaran
risalah yang telah diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan
beberapa orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi
Harun dan Nabi Khidhir. Di sini juga diceritakan tentang perlibatan
beberapa orang nabi yang lain di antaranya Nabi Somu'il serta Nabi Daud
Catatan :
Para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib, mertua Nabi Musa.
Sebagian besar berpendapat bahwa ia adalah Nabi Syu'aib A.S. yang
diutuskan sebagai rasul kepada kaum Madyan, sedang yang lain berpendapat
bahwa ia adalah orang lain yaitu yang dianggap adalah satu kebetulan
namanya Syu'aib juga. Wallahu A'lam bisshawab
Kelahiran Musa Dan Pengasuhnya
Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi Musa,
adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak berperikemanusiaan. Ia
memerintah negaranya dengan kekerasan, penindasan dan melakukan sesuatu
dengan sewenang-wenangnya. Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa
tidak aman tentang jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il
yang menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-wenangnya
dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak tenteram dan selalu
dalam keadaan gelisah, walau pun berada dalam rumah mereka sendiri.
Mereka tidak berani mengangkat kepala bila berhadapan dengan seorang
hamba raja dan berdebar hati mereka karena ketakutan bila kedengaran
suara pegawai-pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mrk, apalagi bunyi
kasut mrk sudah terdengar di depan pintu.
Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang tiada
taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah
oleh rakyatnya. Pd suatu hari beliau telah terkejut oleh ramalan oleh
seorang ahli nujum kerajaan yang dengan tiba-tiba dtg menghadap raja dan
memberitahu bahwa menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan
dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi musuh
kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.
Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi lelaki yang
dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir dibunuh dan agar diadakan
pengusutan yang teliti sehingga tiada seorang pun dari bayi lelaki,
tanpa terkecuali, terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah
perintah raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki
dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka pada
saat melahirkan bayinya.
Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang kekebalan
kerajaannya setelah mendengar para anggota kerajaannya, bahwa wilayah
kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak seorang pun dari bayi
laki-laki yang masih hidup. Ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah
tidak dpt dibendung dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti
akan wujud dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan
bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat menghalangi
atau mengagalkannya.
Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang kejam dan
zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa yang telah tersirat
dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan oleh seorang bayi yang justeru
diasuh dan dibesarkan di dalam istananya sendiri akan diwarisi kelak
oleh umat Bani Isra'il yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat
kebebasannya. Bayi asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di
antara duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul menyingsing
dari tengah kegelapan yang mencekam.
Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang duduk seorang
diri di salah satu sudut rumahnya menanti dtgnya seorang bidan yang
akan memberi pertolongan kepadanya melahirkan bayi dari dalam
kandungannya itu.
Bidan dtg dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama sembilan
bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat. Dengan lahirnya bayi
itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar biasa dirasai oleh setiap
perempuan yang melahirkan namun setelah diketahui oleh Yukabad bahwa
bayinya adalah lelaki maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan
khuatir bahwa bayinya yang sgt disayangi itu akan dibunuh oleh
orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu merahsiakan
kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang merasa simpati terhadap
bayi yang lucu dan bagus itu serta merasa betapa sedih hati seorang ibu
yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan
berjanji akan merahsiakan kelahiran bayi itu.
Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang dan selalu
berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap keselamatan bayinya.
Allah memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya di dalam
sebuah peti yang tertutup rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi
bayinya itu terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih
dan cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan
mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai
salah seorang rasul.
Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap jaminan
Illahi, mak dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad, setelah ditutup rapat
dan dicat dengan warna hitam, terapung dipermukaan air sungai Nil. Kakak
Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti
rahsia itu agar diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan
jatuh peti yang mengandungi erti yang sgt besar bagi perjalanan sejarah
umat manusia.
Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti
yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang kebetulan berada di
tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa dayangnya dan dibawanya masuk
ke dalam istana dan diserahkan kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad
yang segera diberitahu oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu,
menjadi kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja
membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan hatinya dan
menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah dinerikan kepadanya.
Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Aisah, isterinya, tentang bayi
laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung di atas permukaan
sungai Nil, segera memerintahkan membunuh bayi itu seraya berkata kepada
isterinya: "Aku khuatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan
menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan
kami y besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah terlanjur
menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu dan manis itu,
berkata kepada suaminya: "Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh.
Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil dia sebagai anak,
kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sgt
tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayangmu".
Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu maka
dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan selamatlah nyawa
putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk menjadi
rasul-Nya, menyampaikan amanat wahyu-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang
sudah sesat.
Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga Fir'aun,
bererti air dan pohon {Mu=air , Sa=pohon} sesuai dengan tempat
ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah kemudian ke istana beberapa
inang untuk menjadi ibu susuan Musa. Akan tetapi setiap inang yang
mencuba dan memberi air susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut
dari setiap tetk yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan menetek dari
sekian banyak inang yang didatangkan ke istana, datanglah kakak Musa
menawarkan seorang inang lain yang mungkin diterima oleh bayi itu.
Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal keluarga bayi
itu, berkatalah kakak Musa: "Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan
ibu bayi ini. Hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan
selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dpt menerima air susu
ibu keluarga itu".
Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika itu jugalah
dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran. Maka begitu bibir sang
bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah air susu ibu kandungnya itu
dengan sgt lahapnya. Kemudian diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya,
untuk diasuh selama masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka
dengan demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia akan
menerima kembali puteranya itu.
Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya ke
istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana anak-anak
raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan berpakaian sesuai
dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga ia dikenal orang sebagai
Musa bin Fir'aun.
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al-Quran dari ayat 4 - 13 dalam surah "Al-Qashash" sebagai berikut :~
"4.~ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan
menjadikan penduduknya berpecah belah dengan menindas segolongan dari
mrk, menyembelih anak lelaki mrk dan membiarkan hidup anak-anak
perempuan mereka. Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.5.~ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mrk pemimpin dan
menjadikan mrk orang-orang yang mewarisi {bumi}.6.~ Dan Kami akan
teguhkan kedudukan mrk di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada
Fir'aun dan Haman berserta tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan
dari mereka itu.7.~ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa,"susukanlah dia,
dan apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam sungai
{Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula bersedih hati,
karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan
menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.8.~ Maka pungutlah ia oleh
keluarga Fir'aun yang akibatnya ia menjadi musuh dan kesedihan bagi
mereka. Sesungguhnya Fir'aun dan Haman berserta tenteranya adalah
orang-orang yang bersalah.9.~ Dan berkatalah isteri Fir'aun: "Ia {Musa}
biji mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan
ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mrk
tiada menyedari.10.~ Dan menjadi kekosongan hait ibu Musa, seandainya
Kami tidak teguhkan hatinya, spy ia termasuk orang-orang yang percaya
{kepada janji Allah}.11.~ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa
yang perempuan: "Ikutilah dia". Maka kelihatan olehnya Musa dari jauh,
sedang mereka tidak mengetahuinya.12.~ Dan Kami cegah Musa dari menyusu
kepada perempuan-perempuan yang nahu menyusukannya sebelum itu, maka
berkatalah saudara Musa: "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu
ahlul-bait yang akan memeliharakannya utkmu dan mrk dpt berlaku baik
kepadanya?"13.~ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji
Allah itu adalah benar, tetapi manusia kebanyakan tidak mengetahuinya." {
Al-Qashash : 4 ~ 13 }
Musa keluar dari Mesir
Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa hidup
sebagai slah seorang drp keluarga kerajaan hingga mencapai usia
dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan pendidikan sesuai dengan
tradisi istana. Allah mengurniakannya hikmah dan pengetahuan sebagai
persiapan tugas kenabian dan risalah yang diwahyukan kepadanya. Di
samping kesempurnaan dan kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah
kesempurnaan tubuh dan kekuatan jasmani.
Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut di istana
dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir di dalam tubuhnya dan bahwa
ia adalah keturunan Bani Isra'il tg ditindas dan diperlakukan
sewenang-wenangnya oleh kaum Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada
dirinya akan menjadi pembela kepada kamunya yang tertindas dan menjadi
pelindung bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan
keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa setia
kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya, terjadilah suatu
peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa meninggalkan istana dan keluar
dari Mesir.
Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan di sebuah lorong
di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi sepi ketika penduduknya
sedang tidur siang, Ia melihat kedua berkelahi seorang dari golongan
Bani Isra'il bernama Samiri dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama
Fa'tun. Musa yang mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan
pertolongannya terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lenih besar itu,
segera melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika
itu jatuh rebah an menghembuskan nafasnya yang terakhir.
Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena tumbukannya
yang tidak disengajakan dn tidak akan mengharapkan membunuhnya. Ia
merasa berdoa dan beristighfar kepada Allah memohon ampun diatas
perbuatannya yang tidak sengaja, telah melayang nyawa salah seorang drp
hamba-hamba-Nya.
Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik para
penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang Isra'illah yang
melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar pelakunya diberi hukuman
yang berat , bila ia tertangkap.
Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh pelusuk kota
mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun, yang sebenarnya hanya
diketahui oleh Samiri dan Musa shj. akan tetapi, walaupun tidak orang
ketiga yang menyaksikan peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan
berada dalam keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila
sampai tercium oleh pihak penguasa.
Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati menghindari
kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang ia lakukan tatkala ia
terjebat lagi tanpa disengajakan dalam suatu perbuatan yang menyebabkan
namanya disebut-sebut sebagai pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi
dengan Samiri yang telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan
berkelahi untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun.
Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa
menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata menegur Samiri: "
Sesungguhnya engkau adalah seorang yang telah sesat."
Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia mendekatinya,
lalu berteriaklah Samiri berkata: "Apakah engkau hendak membunuhku
sebagaimana engkau telah membunuh seorang kelmarin? Rupanya engkau
hendak menjadi seorang yang sewenang-wenang di negeri ini dan bukan
orang yang mengadilkan kedamaian".
Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun, yang dengan
cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang memang sedang mencari
jejaknya. Maka berundinglah para pembesar dan penguasa Mesir, yang
akhirnya memutuskan untuk menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan
terhadap matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.
Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan Musa, seorang
lelaki slah satu daripada sahabatnya datang dari hujung kota
memberitahukan kepadanya dan menasihatkan agar segera meninggalkan
Mesir, karena para penguasa Mesir telah memutuskan untuk membunuhnya
apabila ia ditangkap. lalu keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan
Mesir, ssebelum anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu
gerbangnya.
Tentang isi cerita ini, terdapat dalam al-Quran yang dapat di baca di
dalam surah "Al-Qashshas" ayat 14 - 21 sebagaimana berikut :~
"14.~ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikannya
hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik.15.~ Dan Musa masuk ke kota {Memphis}
ketika penduduknya sedang tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua
orang lelaki sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani
Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka orang dari
golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk mengalahkan orang dari
musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan matilah musuhnya itu. Musa berkta;
"Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh
yang menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.16.~ Musa berdoa: "Ya
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu
ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang
Maha Pengampun dan Maha Penyayang.17.~ Musa berkata : "Ya Tuhanku demi
nikmat Engkau anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi
penolong bagi orang-orang yang berdosa".18.~ Karena itu jadilah Musa di
kota itu merasa takut menunggu dengan khuatir {akibat perbuatannya} maka
tiba-tiba orang yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta
pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya: "Sesungguhnya kamu
benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.19.~ Maka
tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang menjadi musuh
keduanya, berkata {seorang drp mereka}: "Hai Musa apakah engkau
bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh
seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang
yang berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu
bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan
perdamaian".20.~ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota
bergegas-gegas, seraya berkata: "Hai Musa, sesungguhnya pembesar negeri
sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu keluarlah {dari
kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasihat
kepadamu.21.~ Mak keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut
menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa: "Ya Tuhanku selamatkanlah
dari orang-orang yang zalim itu." { Al-Qashash : 14 ~ 21 }
Musa bertemu Jodoh di kota Madyan
Dengan berdoa kepada Allah: "Ya Tuhanku selamatkanlah aku dari segala
tipu daya orang-orang yang zalim" keluarlah Nabi Musa dari kota Mesir
seorang diri, tiada pembantu selain inayahnya Allah tiada kawan selain
cahaya Allah dan tiada bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah.
Penghibur satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan
tanahi airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari buruan
kaum fir'aun yang ganas dan kejam itu.
Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam dengan
berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua kulit tapak kakinya,
tibalah Musa di kota Madyan yaitu kota Nabi Syu'aib yang terletak di
timur jazirah Sinai dan teluk Aqabah di selatan Palestin.
Nabi Musa beristirehat di bawah sebuah pokok yang rendang bagi
menghilangkan rasa letihnya karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang
diri karena nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana
kerajaan yang menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu ke mana
ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu, di tempat di mana ia
tidak mengenal dan dikenal orang, tiada sahabat dan saudara. Dalam
keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan penggembala
berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi memberi minum
ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh dari tempat sumber air itu
berdiri dua orang gadis yang menantikan giliran untuk memberi minuman
kepada ternakannya, jika para penggembala lelaki itu sudah selesai
dengan tugasnya.
Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang sedang
menanti lalu dihampirinya dan ditanya : "Gerangan apakah yang kamu
tunggu di sini?" Kedua gadis itu menjawab: "Kami hendak mengambil air
dan memberi minum ternakan kami namun kami tidak dapat berdesak dengan
lelaki yang masih berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai
memberi minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan ini
karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat berdiri, jangan
lagi datang ke mari". Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata dua pun
diambilkannyalah timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian
dikembalikannya kepada mrk setelah terisi air penuh sedang sekeliling
sumber air itu masih padat di keliling para pengembala.
Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya kepada ayah mrk
tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang karena pertolongannya
yangbtidak diminta itu mrk dapat lebih cepat kembali ke rumah drp biasa.
Ayah kedua gadis yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua
puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu yang
telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua puterinya dan
sekaligus menytakan terimakasih kepadanya. Ia menyuruh salah seorang
dari puterinya itu pergi memanggilkan Musa dan mengundangnya datang ke
rumah.
Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang masih berada
di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan letih dan lapar Musa
berdoa: "Ya Tuhanku aku sangat memerlukan belas kasihmu dan memerlukan
kebaikan sedikit brg makanan yang Engkau turunkan kepadaku."
Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya: "Ayahku
mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan engkau serta
memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong kami mendapatkan air
bagi kami dan ternakan kami."
Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada mengenal dan
dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima undangan gadis itu
dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis itu dari belakang menuju ke
rumah ayahnya yang bersedia menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat
dan mengucapkan terimakasihnya.
Dalam berbincang-bincang dab bercakap-cakap dengan Syu'aib ayah kedua
gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa mengisahkan kepadanya peristiwa
yang terjadi pd dirinya di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri
dan keluar meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman
penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun terhadap
dirinya.
Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya: "Engkau telah lepas
dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan ganas itu adalah berkat
rahmat Tuhan dan pertolongan-Nya. Dan engkau sudah berada di sebuah
tempat yang aman di rumah kami ini, di man engkau akan tinggallah dengan
tenang dan tenteram selama engkau suka."
Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib sebagai
tamu yang dihormati dan disegani Musa telah dapat menawan hati keluarga
tuan rumah yang merasa kagum akan keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan
jasmaninya, perilakunya yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus
serta akhlaknya yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam
hati salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan Musa
sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada ayahnya: "wahai
ayah! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami menguruskan urusan rumahtangga
dan penternakan kami. Ia adalah seorang yang kuat badannya, luhur budi
perkertinya, baik hatinya dan boleh dipercayai."
Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya yang memang
sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal bersamanya di rumah,
menunjukkan sikap bergaul yang manis perilaku yang hormat dab sopan
serta tangan yang ringan suka bekerja, suka menolong tanpa diminta.
Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah kepadanya: "Wahai
Musa! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan cara pergaulanmu yang sopan
serta akhlak dan budi perkertimu yang luhur, selama engkau berada di
rumah ini kami dan mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut,
maka aku ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau
dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau dengan senang
hati menerima tawaranku ini, maka sebagai maskahwinnya, aku minta engkau
bekerja sebagai pembantu kami selama lapan tahun menguruskan
penternakan kami dan soal-soal rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan
aku sangat berterima kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu
menambah dua tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."
Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya dan berada
di negeri orang sebagai perantau, tada sanak saudara, tiada sahabat
telah menerima tawaran Syu'aib iut sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan
mengisi kekosongan hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman
hidup untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala
duka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata kepada
Syu'aib: "Aku merasa sgt bahagia, bahwa pakcik berkenan menerimaku
sebagai menantu, semuga aku tidak menghampakan harapan pakcik yang telah
berjasa kepada diriku sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat
dan ramah tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada
anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai maskahwin,
aku setujui dengan penuh tanggungjawab dab dengan senang hati."
Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib ditambah
dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah ia dengan puterinya
yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah perkahwinan diberinyalah
pasangan penganti baru itu oleh Syu'aib beberapa ekor kambing untuk
dijadikan modal pertama bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri.
Pemberian beberpa ekor kambing itu juga merupakan tanda terimaksih
Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya, penternakan
Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya dan memberi hasil serta
keuntungan yang berlipat ganda.
Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22 sampai ayat
28, surah "Al-Qashash" juz 20 yang berbunyi sebagai berikut :~
"22.~ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa {lagi}:
"Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang benar."23.~ Dan tatkala
ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia menjumpai di sana
sekumpulan orang yang sedang memberi minum {ternakannya} dan ia
menjumpai di belakang orang ramai itu, dua orang wanita yang sedang
menghambat ternakannya. Musa berkata: "Apakah maksudmu {dengan berbuat
begitu}?" Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan
{ternakan kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut
umurnya."24.~ Maka Musa memberi minum ternakan itu {utk menolong}
keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa: " Ya
Tuhanku! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau
turunkan kepadaku."25.~ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang
daripada kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata: "Sesungguhnya
bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu} memberi minum
{ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi bapanya {Syu'aib} dan
menceritakan kepadanya cerita {mengenai dirinya}. Syu'aib berkata:
"Janganlah kamu takut, kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim
itu."26.~ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapaku, ambil
ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. karena sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja {dengan kita} ialah orang
yang kuat lagi dpt dipercayai."27.~ Berkatalah dia {Syu'aib}: "
Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari
kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan
jika kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka aku
tidak mahu memberati kamu. Dan kamu insya-Allah kelak akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang baik."28.~ Dia berkata: "Itulah {perjanjian}
antara aku dan kamu, mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku
sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku {lagi}. Dan
Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan." { Al-Qashash : 22 ~ 28 }
Musa A.S. pulang ke Mesir dan menerima Wahyu
Sepuluh tahun lebih Musa meninggalkan Mesir tanah airnya, sejak ia
melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu yang cukup lama
bagi seseorang dpt bertahan menyimpan rasa rindunya kepada tanah air,
tempat tumpah darahnya , walaupun ia tidak pernah merasakan kebahagiaan
hidup di dalam tanah airnya sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang
mempunyai kenang-kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada
di tanah airnya sendiri selaku seorang dari keluarga kerajaan yang megah
dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir tanah tumpah darahnya
dan ingin pulang kembali setelah ia beristerikan Shafura, puteri
Syu'aib.
Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang dan
menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya dan
bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum supaya tidak
diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih mencarinya.
Setibanya di "Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman dan bingung
manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan demikian terlihatlah oleh
dia sinar api yang nyala-nyala di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti
lalu lari ke jurusan api itu seraya berkata kepada isterinya:
"Tinggallah kamu disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di
atas bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat membawa
satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-tidaknya membawa
sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang sedang menggigil kesejukan."
Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara seruan
kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir lembah yang sebelah
kanannya pada tempat yang diberkahi Allah. Suara seruan yang didengar
oleh Musa itu ialah: "Wahai Musa! Aku ini adalah Tuhanmu, maka
tanggalkanlah kedua terompahmu. Sesungguhnya kamu berada di lembah yang
suci Thuwa. Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan
diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat akan
Aku."
Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi Musa sebagai
tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan oleh Allah sebagai rasul
dan nabi-Nya yang dipilih Nabi Musa dalam kesempatan bercakap langsung
dengan allah di atas bukit Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah
yang Maha Kuasa dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap
kaum Fir'aun yang sombong dan zalim itu.
Bertanyalah Allah kepada Musa: "Apakah itu yang engkau pegang dengan
tangan kananmu hai Musa!" Suatu pertanyaan yang mengadungi erti yang
lebih dalam dari apa yang sepintas lalu dapat ditangkap oleh Nabi Musa
dengan jawapannya yang sederhana. "Ini adalah tongkatku, aku bertelekan
pdnya dan aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu
aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan lain yang
penting bagiku."
Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana itu baru
dimegertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah memerintahkan
kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas tanah, lalu menjelmalah
menjadi seekor ular besar yang merayap dengan cepat sehingga menjadikan
Musa lari ketakutan. Allah berseru kepadanya: "Peganglah ular itu dan
jangan takut. Kami akan mengembalikannya kepada keadaan asal."
Maka begitu ular yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh
Musa, ia segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib,
mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.
Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa agar
mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah dilakukannya
perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang tanpa cacat atau
penyakit.
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Thaahaa" ayat 9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut :~
"9.~ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? 10.~ Ketika itu melihat
api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: "Tinggallah kamu {di sini}
sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu."
11.~ Mak ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil: "Hai Musa,
12.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua
terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. 13.~ Dan
aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
{kepadamu}. 14.~ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan
selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati
Aku. 15.~ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahsiakan
{waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang
diusahakannya. 16.~ Maka sesekali janagnlah kamu dipalingkan daripadanya
oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti
hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi binasa." 17.~ Apakah itu
yang ditangan kananmu, hai Musa?" 18.~ Berkata Musa: "Ini adalah
tongkatku, aku bertelekan padanya dan aku memukul {daun} dengannya untuk
kambingku dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya." 19.~ Allah
berfirman: "Lemparkanlah ia, hai Musa!" 20.~ Lalu dilemparkanlah tongkat
itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat.
21.~ Allah berfirman: "Peganglah ia dan jangan takut. Kami akan
mengembalikannya kepada keadaan asalnya." 22.~ Dan kepitkanlah tanganmu
di ketiakmu, nescaya ia keluar menjadi putih cemerlang tanpa cacat,
sebagai mukjizat yang lain {pula}. 23.~ untuk Kami perlihatkan kepadamu
sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Kami yang sangat besar." {Thaahaa :
9 ~ 23 }
Musa diperintahkan berdakwah kepada Fir'aun
Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama menjalankan
pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas. Rakyatnya yang terdiri dari
bangsa Egypt yang merupakan penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang
merupakan golongan pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak
merasa aman bagi nyawa dan harta bendanya.
Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan terutamanya
ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya kesempatan hidup
tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja paksa dan diharuskan
membayar berbagai pungutan yang tidak dikenakan terhadap penduduk bangsa
Egypt, bangsa Fir'aun sendiri.
Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang ditimpakan
oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani Isra'il. ia menyatakan
dirinya sebagai tuhan yang harus disembah dan dipuja. Dan dengan
demikian ia makin jauh membawa rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa
pendoman tauhid dan iman, sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke
lembah kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.
Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur Sina itu
diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi ke Fir'aun sebagai
Rasul-Nya, mengajakkan beriman kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa
ia adalah makhluk Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak
sepatutnya menuntut orang menyembahnya sebagi tuhan dan bahawa Tuhan
yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah Tuhan Yang
Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.
Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah meninggalkan
Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-kalua peristiwa pembunuhan
yang telah dilakukan sepuluh tahun yang lalu itu, belum terlupakan dan
masih belum hilang dari ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak
mengabaikan kemungkinan bahwa mrk akan melakukan pembalasan terhadap
perbuatan yang ia tidak sengaja itu dengan hukuman pembunuhan atas
dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah mereka. Ia hanya terdorong
rasa rindunya yang sangat kepada tanah tumpah darahnya dengan
memberanikan diri kembali ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang
mungkin akan dihadapi.
Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalannya ke Thur
Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan pembalasan Fir'aun,
Maka dengan perintah Allah yang berfirman maksudnya :~
"Pergilah engkau ke Fir'aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas,
segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari fikirannya dan bertekad akan
melaksanakan perintah Allah menghadapi Fir'aun apa pun akan terjadi
pada dirinya. Hanya untuk menenterankan hatinya berucaplah Musa kepada
Allah: "Aku telah membunuh seorang drp mereka , maka aku khuatir mereka
akan membalas membunuhku, berikanlah seorang pembantu dari keluargaku
sendiri, yaitu saudaraku Harun untuk menyertaiku dalam melakukan tugasku
meneguhkan hatiku dan menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir
itu apalagi Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih
cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."
Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah hati
Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi menemui Musa
mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka ke istana Fir'aun dengan
diiringi firman Allah: "Janganlah kamu berdua takut dan khuatir akan
disiksa oleh Fir'aun. Aku menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta
melihat dan mengetaui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun.
Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan bertauhid,
meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-kalau dengan sikap
yang lemah lembut daripada kamu berdua ia akan ingat pada kesesatan
dirinya dan takut akan akibat kesombongan dan kebonmgkakannya."
Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga ayat 35
surah "Al-Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47 surah "Thaha" sebagai
berikut :~
"33.~ Musa berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah membunuh
seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan
membunuhku, 34.~ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya drpku,
maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan
{perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan mendustakan aku."
35.~ Allah berfirman: "Kami akan membantumu dengan saudaramu dan Kami
berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat
mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa mukjizat Kami, kamu
berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang." { Al-Qashash :
33 ~ 35 }
"42.~ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-ayat-Ku
dan janganlah kamu berdua lalai dalam memngingat-Ku. 43.~ Pergilah kamu
berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melewati batas. 44.~ maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia akan ingat atau takut" 45.~ Berkatalah mereka berdua:
"Ya Tuhan kami sesungguhnya kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami
atau akan bertambah melewati batas 46.~ allah berfirman: "Janganlah kamu
berdua khuatir, sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar
dan melihat". 47.~ Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun} dan
katakanlah: "Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu, maka
lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu menyeksa
mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu dengan membawa bukti
{atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan keselamatan itu dilimpahkan
kepada orang yang mengikuti petunjuk." { Thaha : 42 ~ 47 }
Mujadalah (dialog) antara Musa dengan Fir'aun
Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja Fir'aun yang
menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah menempuh beberapa
rintangan yang lazim dilampaui oleh orang yang ingin bertemu dengan raja
pd waktu itu. Pertemuan Musa dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula
oleh beberapa anggota pemerintahan dan para penasihatnya.
Bertanya Fir'aun kepada mereka berdua:: "Siapakah kamu berdua ini?"
Musa menjawab: "Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah kepadamu agar
engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan dan penindasanmu dan
menyerahkan meeka kepada kami agar menyebah kepada Allah dengan leluasa
dan menghindari seksaanmu."
Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya: "Bukankah engkau
adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak masa bayimu dan tinggal
bersama kami dalam istana sampai mencapai usia remajamu, mendapat
pendidikan dan pengajaran yang menjadikan engkau pandai? Dan bukankah
engkau yang melakukan pembunuhan terhadap diriseorang drp golongan kami?
Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan kebaikan dan
jasa kami kepada kamu?"
Musa menjawab: "Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku sejak masa
bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau banggakan. Karena
jatuhnya aku ke dalam tangan mu adalah akibat kekejaman dan kezalimanmu
tatkala engkau memerintah agar orang-orangmu menyembelih setiap
bayi-bayi laki yang lahir, sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung
di permukaan sungai Nil di dalamsebuah peti yang kemudian dipungut oleh
isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau perintahkan.
Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan itu adalah akibat
godaan syaitan yang menyesatkan, namun peristiwa itu akhirnya merupakan
suatu rahmat dan barakah yang terselubung bagiku. Sebab dalam
perantauanku setelah aku melarikan diri dari negerimu, Allah
mengurniakan aku dengan hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai
Rasul dan pesuruh-Nya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah
aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan kaummu
menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan penindasanmu terhadap
Bani Isra'il."
Fir'aun bertanya: "Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut itu, hai Musa?
Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang patut di sembah dan
dipuja?"
Musa menjawab: "Ya, yaitu Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian alam."
Tanya Fir'aun: "Siapakah Tuhan seru sekali alam itu?"
Musa menjawab: "Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa yang ada antara langit dan bumi."
Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar kerajaan
yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang diutuskan kepada kamu
ini adalah seorang yang gila kemudia ia balik bertanya kepada Musa dan
Harun: "Siapakah Tuhan kamu berdua?"
Musa menjawab: "Tuhan kami ialah Tuhan yang telah memberikan kepada
tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk kejadiannya, kemudian memberi petunjuk
kepadanya."
Fir'aun bertanya: "Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu yang
tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan malahan menyembah
berhala dan patung-patung?"
Musa menjawab: "Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia
telah menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah karena
kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka kembali ke jalan
yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa mereka hingga hari kiamat,
maka itu adalah kehendak-Nya yang hikmahnya kami belum mengetahuinya.
Allah telah mewahyukan kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan
yang benar."
Rif'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa yang
diucapkan secara tegas dan berani merasa tersinggung kehormatannya
sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya lalu menujukan amarahnya
dan berkata kepada Musa secara mengancam: "Hai Musa! jika engkau
mengakui tuhan selain aku, maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam
penjara."
Musa menjawab: "Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku dapat
memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan kebenaran dakwahku?"
Fir'aun menentang dengan berkata: "Datanglah tanda-tanda dan bukti-bukti
yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-katamu jika engkau
benar-benar tiak berdusta."
Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana dihuraikan di
atas dpt dibaca dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 18 hingga ayat 31 juz 19
sebagimana berikut :~
"18.~ Fir'aun berkata: "Bukankah kami telah mengasuhmu diantara
{keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal diantara
{keluarga} kami beberapa tahun dari umurmu. 19.~ dan kamu telah berbuat
sesuatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu termasuk
golongan orang-orang yang tidak membalas jasa." 20.~ Berkata Musa: "Aku
telah melakukannya sedang aku diwaktu itu termasuk orang-orang yang
khilaf. 21.~ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada
kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikan aku
salah seorang diantara rasul-rasul. 22.~ Budi yang kamu limpahkan
kepada ku ini adalah {disebabkan} perhambaan darimu terhadap Bani
Isra'il." 23.~ Fir'aun bertanya: "Apa Tuhan semesta alam itu?"24.~ Musa
menjawab: "Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa yang diantara keduanya
{itulah Tuhanmu} jika kamu sekalian {orang-orang} mempercayainya". 25.~
Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya: "Apakah kamu tidak
mendengarkan?". 26.~ Musa berkata: "Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek
moyang kamu yang dahulu" 27.~ Fir'aun berkata: "Sesungguhnya Rasulmu
yang diutuskan kepada kamu sekalian benar-benar orang gila". 28.~ Musa
berkata: "Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di
antara keduanya {itulah Tuhanmu} jika kamu mempergunakan akal". 29.~
Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyenbah Tuhan selain aku
benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan".
30.~ Musa berkata: "Dan apakah kamu {akan melakukan itu} walaupun aku
tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang nyata jika kamu adlah
termasuk orang-orang yang benar." { Asy-Syura : 18 ~ 31 }
Musa memperlihatkan dua mukjizat kepada Fir'aun
Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas kebenarannya Musa
dengan serta-merta meletakkan tongkat mukjizatnya di atas yang segera
menjelma menjadi seekor ular besar yang melata menghala ke Fir'aun.
Karena ketakutan melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya
berseru kepada Musa: " Hai Musa demi asuhanku kepadamu selama delapan
belas tahun panggillah kembali ularmu itu." Kemudian dipeganglah ular
itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat biasa.
Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa heran dan takutnya: "Adakah bukti yang dapat engkau tunjukkan kepadaku?"
"Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya ke dalam saku
bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan dari sakunya,
bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata Fir'aun itu dan orang-orang
yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan tentu tidak
akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa bekas anak pungutnya
walaupun kepadanya telah diperlihatkan dun mukjizat. Ia bahkan berkata
kepada kaumnya yang ia khuatir akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa
itu bahwa itu semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun
adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud menguasai Mesir
dan para penduduknya akan kekuatan dengan sihirnya itu.
Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman agar
mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan ahli-ahli sihir
yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan untuk bertanding melawan Musa
dan Harun. Anjuran mana disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah
fikiran yang tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua
mukjizat Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu
lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu sedikit pun
menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan bertanding melawan ahli-ahli
sihir. Musa berkeyakinan penuh bahwa dengan perlindung Allah ia akan
keluar sebagai pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara
perbuatan sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang
dikurniakan oleh Allah.
Pada suatu hari raya kerajaan telah bersetuju untuk mengadakan hari
pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah penduduk kota menuju ke tempat
yang telah ditentukan untuk menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir
yang buat pertama kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di
tempat ahli-ahli sihhir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari
seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat , tali dan
lain-lain alat sihirnya. Mrk cukup bersemangat dan akan berusaha sepenuh
kepandaian mrk untuk memenangi pertandingan. Mrk telah memperolhi janji
dari Fir'aun akan diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila
berhasil mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.
Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing pembesar
negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja Fir'aun yang telah
duduk di atas kursi singgahsananya maka dinyatakanlah pertandingan
dimulai. Kemudian atas persetujuan Musa dipersilakan para lawannya
beraksi lebih dahulu mempertujukan kepandai sihirnya.
Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menujukan aksinya melemparkan tongkat
dan tali-temali mrk ke tengah-tengah lapangan . Musa merasa takut ketika
terbayang kepadanya bahwa tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan
ular-ular yang merayap cepat. Namun Allah tidak mebiarkan hamba
utusan-Nya berkecil hati menghadapi tipu-daya orang-orang kafir itu.
Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu: "Janganlah
engkau merasa takut dan cemas hai Musa! engkau adalah yang lebih unggul
dan akan menang dalam pertandingan ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu
segera."
Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu tercengang ketika
melihat ular besar yang menjelma dari tongkat Nabi Musa dan menelan
ular-ular dan segala apa yang terbayangsebagai hasil tipu sihir mrk. Mrk
segera menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan
Musa seraya berkata: "Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami kenal yang
diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan
ghaib yang mengatakan kebenaran kata-kata Musa dan Harun maka tidak ada
alasan bagi kami untuk tidak mempercayai risalah mereka dn beriman
kepada Tuhan mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata
kepala kami sendiri."
Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut persembahan dari
rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan matanya tanda marah dan
jengkel melihat ahli-ahli sihirnya begitu cepat menyerah kalah kepada
Musa bahkan menyatakan beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya
serta menjadi pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya
sebagai pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap
ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan serta
prestasinya. Ia berkata kepada mrk: "Adakah kamu berani beriman kepada
Musa dan menyerah kepada keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu?"
Bukankah ini suatu persekongkolan drp kamu terhadapku? Musa dpt mengalah
kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah mengajarkan seni
sihir kepadamu dan kamu telah mengatur bersama-samanya tindakan yang
kamu sandiwarakan di depanku hari ini. Aku tidak akan tinggal diam
menghadapi tindakan khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan
kaki-kakimu serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma
sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."
Ancaman Fir'aun itu disambut mrk dengan sikap dingin dan acuh tak acuh.
Karena Allah telah membuka mata hati mereka dengan cahaya iman sehingga
tidak akan terpengaruh dengan kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau
ancaman Fir'aun yang menakutkan. Mrk sebagai-orang-orang yang ahli
dalam ilmu dan seni sihir dpt membedakan yang mana satu sihir dan yang
mana bukan. Maka sekali mrk diyakinkan dengan mukjizat Nabi Musa yang
membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah keyakinan itu akan dpt
digoyahkan oleh ancaman apa pun. Berkata mereka kepada Fir'aun
menanggapi ancamannya: "Kami telah memdpat bukti-bukti yang nyata dan
kami tidak akan mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan
keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan tuntutan Musa
dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka terserah kepadamu untuk
memutuskan apa yang engkau hendak putuskan terhadap diri kami. Keputusan
kamu hanya berlaku di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah
di akhirat yang kekal dan abadi."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Asy-Syu'ara" ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut :~
"32~ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu
{menjadi ular}. 33~ Dan ia menarik tangannya {dr dalam saku bajunya}
maka tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang yang
melihatnya. 34~ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada di
sekelilingnya: "Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang ahli sihir
yang pandai, 35~ ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?" 36~ Mrk menjawab:
"Tundalah {urusan} dia dan saudaranya dan kirimlah ke seluruh negeri
orang-orang yang akan mengumpulkan {ahli sihir}, 37~ nescaya mereka akan
mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu". 38~ Lalu
dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang
maklum, 39~ dan dikatakan kepada orang ramai: "Berkumpullah kamu
sekalian, 40~ semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang". 41~ Maka tatkala ahli-ahli sihir dtg , mrk pun
bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendpt upah yang
besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" 42~ Fir'aun menjawab:
"Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi
orang yang didekatkan {kepadaku}". 43~ Berkatalah Musa kepada mrk:
"Jatuhkalah apa yang kamu hendak jatuhkan". 44~ Lalu mrk menjatuhkan
tali-temali dan tongkat-tongkat mereka lalu berkata: " Demi kekuasaan
Fir'aun, sesungguhnya kami akan benar-benar akan menang". 45~ kemudian
Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu
yang mereka ada-adakan itu. 46~ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir
sambil bersujud {kepada Allah}, 47~ mereka berkata: "Kami beriman kepada
Tuhan semesta alam , 48~ yaitu Tuhan Musa dan Harun". 49~ Fir'aun
berkata: "Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelumaku memberi
izin kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajar
sihir kepadamu, maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui
{akibat perbuatanmu}, sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu
dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya". 50~ Mereka
berkata: "Tidak ada kemudharatan {kepada kami}, sesungguhnya kami akan
kembali kepada Tuhan kami, 51~ sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa
Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah
orang-orang yang pertama sekali beriman." {Asy-Syu'ara : 32 ~ 51 }
Fir'aun tetap keras kepala dan semakin bingung
Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua
mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedan Fir'aun dengan kekalahan
ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan kehormatannya menurun. ia
khuatir jika gerakan Musa tidak segera dipatahkan akan mengancam
keselamatan kerajaannya serta kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan
pembantu-pembantu terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa
kecemasan dan kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar
dadanya dan makin menakutu-nakutinya. Mrk berkata kepadanya: "Apakah
engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya bergerak secara bebas dan
meracuni rakyat dengan amcam-macam kepercayaan dan ajaran-ajaran yang
menyimpang dari apa yang telah kita warisi dari nenek-moyang kita?
Tidakkah engkau sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh
oleh hasutan-hasutan Musa. sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan
tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada akhirnya
akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang megah ini."
Fir'aun menjawab: "Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi perhatiku
sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh Musa. Dan memang kalau
kita membiarkan Musa terus melebarkan sayapnya dan meluaskan pengaruhnya
di kalangan pengikut-pengikutnya yang makin lama makin bertambah
jumlahnya, pasti pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat
negara kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan kita
yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan bertindak terhadap
Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang lelaki dan hanya wanita sahaja
akanku biarkan hidup."
Rancangan jahat fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki tangan
kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam tindakan kejam
ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang menurut anggapan masyarakat,
mereka itu adalah rakyat kelas kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim
itu. Dengan makin meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka
terima dari alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada
Nabi Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa tidak
dpt berbuat byk pada masa itu bagi Bani Isra'il yang tertindas dan
teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati mereka, bahwa akan tiba saatnya
kelak,di mana mrk akan dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan
yang mrk alami. Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan
bertawakkal seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan
pertolongan dan perlindungan-Nya karena Allah telah menjanjikan akan
mewariskan bumi-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang soleh, sabar dan
bertakwa!
Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan tindakan
kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan kaumnya, bahkan tulang
belakang Nabi Nusa. Akan tetapi gerak dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun
terhambat oleh tindakan Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun
drp pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun itu.
Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mrk yang sudah bulat
terhadap risalah Musa.
Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang tidak
berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dpt menerima dakwah Nabi
Musa dan para pengikutnya, yang dilhatnya bahkan semakin bersemangat
menyiarkan ajaran iman dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan
selain harus menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, yaitu dengan
membunuh Nabi Musa.
Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar kerajaannya untuk
bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa. Di antara mereka yang di
undang itu terdapat seorang mukmin dari Keluarga Fir'aun yang
merahsiakan imannya.
Di tengah-tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam
pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara pembunuhan
Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu mengucapkan pembelaannya
terhadap Nabi Musa dan nasihat serta tuntunan bagi mereka yang hadir. Ia
berkata: "Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang tidak
berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya? Padahal ia
menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu bukan tanpa dalil dan
hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada kamu bukti-bukti yang nyata
untuk menyakinkan kamu akan kebenaran ajarannya. Jika andainya dia
seorang pendusta, maka dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat
dustanya. Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya
akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan olehnya. Dan
dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan menolong kamu dari azab
Allah yang telah dijanjikan itu?"
Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata: "Rancanganku
harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku tidak mengemukan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
melainkan jalan yang benar, jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan
negara."
Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan:
"Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala dan enggan
menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para nabi-nabi, bahwa kamu
akan ditimpa azab dan seksa yang membinasakan , sebagaimana telah
dialami oleh kaum Nuh, kaum Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang
sesudah mereka. Apa yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat
kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hamba-Nya".
Mukmin itu meneruskan nasihatnya:"Wahai kaumku! Sesungguhnya aku khuatir
kamu akan menerima seksa dan azab Tuhan di hari qiamat kelak, di mana
kamu akan berpaling kebelakang, tidak seorang pun akan dapat
menyelamatkan kamu itu dari seksa Allah. Hai kaum ikutilah nasihatku,
aku hanya ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar.
Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan kesenangan
sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan yang kekal adalah di
akhirat kelak."
Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dpt mengubah sikap Fir'aun
dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah berusaha dengan menggunakan
kecekapan berpidatonya dan susunan kata-katanya yang rapi, lengkap
dengan contoh-contoh dari sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah
dibinasakan oleh Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka
sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada orang mukmin
itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa dan menyetujui
rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk melepaskan pendiriannya yang
pro Musa dan mengabungkan diri dalam barisan mereka menentang Musa dan
segala ajarannya. Ia diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia
tidak mahu mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.
Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun: "Wahai kaumku, sgt
aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru kepada kamu untuk
kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru kepadaku untuk berkufur kepada
Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang
aku berseru kepadamu untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa,
Maha Perkasa, lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan
lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan menolongku
dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun di akhirat. Dan sesungguhnya
kamu sekalian akan kembali kepada Allah yang akan memberi pahala syurga
bagi orang-orang yang soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang
kafir yang telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka.
Hai kaumku perhatikanlah nasihat dan peringatanku ini. Kamu akan
menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah tidak berguna lagi
orang menyesal atau merasa susah karena perbuatan yang telah dilakukan.
Aku hanya menyerahkan urusan ku dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang
Maha Mengetahui dan Maha Melihat perbuatan dan kelakuan
hamba-hamba-Nya."
Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah "Al-A'raaf" ayat 127
sehingga ayat 129 juz 9 dan surah "Al-Mukmin" ayat 28 sehingga ayat 33
dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24 sebagai berikut :~
"127~ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada Fir'aun}:
"Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakkan
di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?"
Fir'aun menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita
biarkan hidup perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa
penuh ke atas mereka". 128~ Musa berkata kepada kaumnya: "Mohonlah
pertolongan kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini}
kepunyaan Allah dipusakakannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesusahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertakwa". 129~ Kaum Musa berkata: "Kami telah ditindas {oleh Fir'aun}
sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa menjawab:
"Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kamu dan menjadikan kamu
khalifah di bumi{-Nya} maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu." {
Al-A'raaf : 127 ~ 129 }
"28~ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-pengikut
Fir'aun yang mneyembunyikan imannya berkata: "Apakah kamu akan membunuh
seorang laki-laki karena dia menyatakan "Tuhanku ialah Allah" padahal
dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari
Tuhanmu. Dan jika dia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung
{dosa} dustanya itu dan jika dia seorang yang benar, nescaya sebahagia
{bencana} yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu." Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta.
29~ Hai kaumku utkmulah kerajaan pada hari ini dengan berkuasa di muka
bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari azab Allah jika azab itu
menimpa kita?" Fir'aun berkata: "Aku tidak mengemukakan kepadamu
melainkan apa yang aku pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu
selain jalan yang benar." 30~ Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai
kaumku sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti
peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu, 31~ {yakni} seperti
keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-orang yang datang sesudah
mereka. Dan Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman terhadap
hamba-hamba-Nya. 32~ HAi kaumku, sesungguhnya aku khuatir terhadapmu
akan seksaan hari panggil-memanggil. 33~ {yaitu} hari {ketika} kamu
{lari} berpaling kebelakang, tidak ada bagimu seseorang pun yang
menyelamatkan kamu dari {azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah
nescaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk." {
Al-Mukmin : 28 ~ 33 }
"38~ Orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku ikutilah aku akan
menunjukkan kepadamu jalan yang benar. 39~ Hai kaumku! Sesungguhnya
kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan {sementara} dan sesungguhnya
akhirat itulah negeri yang kekal. 40~ Barabg siapa mengerjakan perbuatan
jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan
itu. Dan barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki
mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka akan
masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa hisab. 41~ Hai
kaumku! Bagaiman kamu ini, aku menyeru kamu kepada keselamatan tetapi
kamu menyeru aku ke neraka? 42~ {kenapa} kamu menyerukan supaya kufur
kepada Allah dan mempersekutukan-Nya dengan apa yang tidakku ketahui
padahal aku menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun?" 43~ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku
{beriman} kepadanya tidak dpt memperkenankan seruan apa pun, baik di
dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita adalah kepada
Allah dan sesungguhnya orang-orang yang melampaui batas, mrk itulah
penghuni neraka. 44~ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan
kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah. Sesungguhnya
Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya. 45~ Maka Allah memeliharanya
dari kejahatan tipu daya mereka dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung
oleh azab yang amat buruk." { Al-Mukmin : 38 ~ 45 }
Fir'aun menghina dan mengejek Musa
Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il kaumnya
Nabi Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-kata ejekan terhadap
Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan membendung pengaruh Nabi Musa
yang semakin beertambah semenjak ia keluar sebagai pemenang dalam
pertandingan melawan tukang-tukang sihir kaum Fir'aun.
Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya: "Biarkanlah aku
membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari Tuhannya untuk melindunginya.
Aku ingin tahu sampai sejauh mana ia dapat melepaskan diri dari
kekuasaanku dan biarlah ia membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa
Tuhannya akan melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."
Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang sudah
diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya, mengiakan kata-katanya
dan mengaminkan segala perintahnya: "Hai rakyatku! Tidakkah kamu melihat
bahwa aku memiliki kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana
sungai-sungai mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang
memberi kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku? Dan
tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan rakyatku yang
bulat kepadaku? Bukankah aku lebih baik dan lebih agung dari Musa yang
hina-dina itu yang tidak cekap menguraikan isi hatinya dan menerangkan
maksud tujuannya. Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas,
sebagaimana lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin
atau pembesar? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-malaikat
sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya bahwa ia adalah
pesuruh Tuhannya?"
Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan serta-merta
mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta menyatakan kepatuhan
yang bulat kepada segala titah dan perintahnya sebagai warga yang setia
kepada rajanya, namun zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.
Dalam pd itu kesabaran Nabi Musa sampai pd puncaknya, melihat Fir'aun
dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala menentang dakwahnya,
mendustakan risalahnya dan makin memperhebatkan tindakan kejamnya
terhadap kaum Bani Isra'il terutama para pengikutnya yang menyembunyikan
imannya karena ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya
yang kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi Musa
kepada mrk bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka terus-menerus
melakukan kekejaman, kezaliman dan penindasan terhamba-hamba-Nya dan
berkufur kepada Allah dan Rasul-Nya. Akan ditimpakan oleh Allah kepada
mereka bila tetap tidak mahu sedar dan beriman kepada-Nya, bermacam azb
dan seksa di dunia semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata!
Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah: "Ya Tuhan kami, engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya kemewahan hidup, harta
kekayaan yang meluap-luap dan kenikmatan duniawi, yang kesemua itu
mengakibatkan mereka menyesatkan manusia, hamba-hamba-Mu, dari jalan
yang Engkau redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta-benda mereka dan kunci matilah hati mereka. Mrk tidak
akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar sebelum melihat
seksaan-Mu yang pedih."
Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh Allah,
maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis kewangan dan makanan,
yang disebabkan mengeringnya sungai Nil sehingga tidak dapat mengairi
sawah-sawah dan ladang-ladang disamping serangan hama yang ganas yang
telah menghabiskan padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk
diketam.
Belumlagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang menyusul bala
banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang turun dengan derasnya,
sehingga menghanyutkan rumah-rumah, gedung-gedung dan membinasakan
binatang-binatang ternak. Dan sebagai akibat dari banjir itu
berjangkitlah bermacam-macam wabak dan penyakit yang merisaukan
masyarakat seperti hidung berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah
barisan kutu-kutu busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam
rumah-rumah sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka,menghilangkan
kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya
binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan makanan dan
di antara sela-sela pakaian mereka.
Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda
berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi
kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu dari atas
mereka dengan perjanjian bahwa mrk akan beriman dan menyerahkan Bani
Isra'il kepada Nabi Musa sekirannya mereka dpt ditolong dan terhindar
dari azab bala itu.
Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mrk dan hilanglah
gangguan yang diakibatkan olehnya, mrk mengingkari janji mereka dan
kembali bersikap memusuhi dan menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang
terjadi bukanlah karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi
karena hasil usaha mrk sendiri.
Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah "Al-Mukmin" ; ayat
51 sehingga ayat 54 surah "Az-Zukhruf" ; ayat 88 dan 89 surah "Yunus"
dan ayat 130 sehingga ayat 135 surah "Al-A'raaf" sebagimana berikut :~
"Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} "Biarlah aku membunuh
Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku
khuatir dia akan menukar agama atau menimbulkan kerusakan di muka
bumi." { Al-Mukmin : 26 }
"Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata: "Hai kaumku!
Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan {bukankah} sungai-sungai ini
mengalir dibawahku, maa apakah yang kamu tidak melihatnya? 52~ Bukankah
aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat
menjelaskan {perkataannya}? 53~ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya
gelang emas, atau malaikat datang bersama-sama dia untuk
mengiringkannya." 54~ Mak Fir'aun mempergaruhi kaumnya {dengan perkataan
itu} lalu mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu adalah
kaum yang fasiq." { Az-Zukhruf : 51 ~ 54 }
"88~ Musa berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberi
kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan
dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya mereka menyesatkan
{manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda
mereka dan kunci matilah hati mereka maka mereka tidak beriman hingga
mereka melihat seksaan yang pedih." 89~ Allah berfirman: "Sesungguhnya
telah diperkenankan permohonan kamu berdua sebab itu tetaplah kamu
berdua pada jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan
orang-orang yang tidak mengetahui." { Yunus : 88 sehingga 89 }
"130~ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan} kaumnya dengan
mendatangkan musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan,
supaya mereka mengambil pengajaran 131~ Kemudian apabila datang kepada
mereka kemakmuran mereka berkata: "Ini adalah kerana {usaha} kami." Dan
jika mereka ditimpa kesusahan mrk lemparkan sebab kesialan itu kepada
Musa dan orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah sesungguhnya
kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakkan
mereka tidak mengetahui. 132~ Mrk berkata kepada Musa: Bagaiman kamu
mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan
keterangan itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu." 133.~
Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak
dan darah sebagai bukti yang jelas tetapi mrk tetap menyombong diri dan
mrk adalah kaum yang berdosa. 134~ Dan ketika mrk ditimpa azab {yang
telah diterangkan itu} mereka pun berkata: " Hai Musa, mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang diketahui oleh
Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab
itu drp kami pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani
Isra'il pergi bersamamu." 135~ Maka setelah Kami hilangkan azab itu
dari mrk hingga batas waktu yang mrk sampai kepadanya, tiba-tiba mrk
mengingkarinya." { Al-A'raaf : 130 ~ 135 }
Bani Isra'il keluar dari Mesir
Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindasan Fir'aun dan kaumnya
cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan di bawah
pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada akhirnya sedar
bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh Allah untuk membebaskan
mereka dari cengkaman Fir'aun dan kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka
datang kepada Nabi Musa memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka
dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah pimpinan Nabi
Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis. Dengan berjalan kaki
dengan cepat karena takut tertangkap oleh Fir'aun dan bala tenteranya
yang mengejar mereka dari belakang akhirnya tibalah mereka pada waktu
fajar di tepi lautan merah setelah selama semalam suntuk dapat melewati
padang pasir yang luas.
Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa dan
Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka sedang dari
belakang mrk dikejar oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang akan berusaha
mengembalikan mereka ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila
mrk tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari
Fir'aun yang zalim itu.
Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama Yusha' bin Nun:
"Wahai Musa, ke mana kami harus pergi?" Musuh berada di belakang kami
sedang mengejar dan laut berada di depan kami yang tidak dapat dilintasi
tanpa sampan. Apa yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari
kejaran Fir'aun dan kaumnya?"
Nabi Musa menjawab: "Janganlah kamu khuatir dan cemas, perjalanan kami
telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan Dialah yang akan memberi
jalan keluar serta menyelamatkan kami dari cengkaman musuh yang zalim
itu."
Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa yang
kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada Nabi-Nya dengan
perintah agar memukulkan air laut dengan tongkatnya. Maka dengan izin
Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan seperti gunung yang
besar. Di antara kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang
sudah mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh
kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.
Setelah mrk sudah berada di bahagian tepi timur dalam keadaan selamat
terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala tenteranya menyusuri jalan yang
sudah terbuka di antara dua belah gunung air itu. Kembali rasa cemas
dan takut mengganggu hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa
seolah-olah bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada
itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang menanti
Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir
Allah tela mendahului bahwa mrk akan menjadi bala tentera yang
tenggelam.
Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan terbuka bagi
mereka di antara dua belah gunung air itu: "Lihat bagaimana lautan
terbelah menjadi dua, memberi jalan kepada kami untuk mengejar
orang-orang yang melarikan diri itu. Mrk mengira bahwa mrk akan dpt
melepaskan dari kejaran dan hukumanku. Mrk tidak mengetahui bahwa
perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jgn lagi oleh manusia.
Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah yang berkuasa yang
harus disembah olehmu?" Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya
turunlah Fir'aun dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering
itu melakukan gerak-cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il yang
sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti hukuman Allah yang
telah ditakdirkan terhamba-hamba-Nya yang kafir itu.
Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada di
tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari ke dua tepinya,
tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang menggunung itu menutupi
jalur jalan yang terbuka di mana Fir'aun dengan sombongnya sedang
memimpin barisan tenteranya mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah
mrk hidup-hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup
Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah bagi
generasi- akan datang.
Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk menyelamatkan
diri dari maut yang sudah berada di depan matanya, berkatalah Fir'aun:
"Aku percaya bahwa tiada tuhan selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il.
Aku beriman pada Tuhan mereka dan berserah diri kepada-Nya sebagai
salah seorang muslim."
Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi sakaratul-maut:
"Baru sekarangkah engkau berkata beriman kepada Musa dan berserah diri
kepada-Ku? Tidakkah kekuasaan ketuhananmu dpt menyelamatkan engkau dari
maut? Baru sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang
hidupmu bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap
hamba-hamba-Ku dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah
manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah sekarang
pembalasan-Ku yang akan menjadi pengajaran bagi orang-orang yang akan
datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh kasarmu untuk menjadi
peringatan bagi orang-orang yang meragukan akan kekuasaan-Ku."
Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan kematian
Fir'aun. Mrk masih terpengaruh dengan kenyataan yang ditanamkan oleh
Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar
biasa lain drp yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan
dan tidak akan mati. Khayalan yang masih melekat pd fikiran mrk
menjadikan mrk tidak mahu percaya bahwa dengan tenggelamnya, Fir'aun
sudah mati. Mrk menyatakan kepada Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup
namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir oleh mrk
tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan bahwa Fir'aun sebagai
orang biasa telah mati tenggelam akibat pembalasan Allah atas
perbuatannya, menentang kekuasaan Allah mendustakan Nabi Musa dan
menindaskan serta memperhambakan Bani Isra'il. Dan setelah melihat
dengan mata kepala sendiri, tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya
terapung-apung di permukaan air, hilanglah segala tahayul mrk tentang
Fir'aun dan kesaktiannya.
Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar di pantai
diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga utuh sampai
sekarang, sebagai mana dpt dilihat di muzium Mesir.
Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam surah
"Thaha" ayat 77 sehingga 79 ; surah "Asy-Syua'ra" ayat 60 sehingga 68 ;
surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana berikut :~
"77~ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: "Pergilah kamu
dengan hamba-hamba-Ku {Bani Isra'il} di malam hari, maka buatklah untuk
mrk jalan yang kering di laut itu, kamu tidak usah khuatir akan tersusul
dan tidak usah takut {akan tenggelam}." 78~ Maka Fir'aun dengan bala
tenteranya mengejar mrk, lalu mrk ditutup oleh laut yang menenggelamkan
mrk. 79~ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi
peetunjuk." { Thaha : 77 ~ 79 }
"60~ Maka Fir'aun dan bala tenteranya dpt menyusuli mrk di waktu
matahari terbit. 61~ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat,
berkatalah pengikut-pengikut Musa: "Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul; sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan memberi
petunjuk kepadaku. 63~ Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan
itu dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan
itu adalah seperti golongan yang lain. 65~ Dan Kami selamatkan Musa dan
orang-orang yang bersertanya semuanya. 66~ Dan Kami tenggelamkan
golongan yang lain itu. 67~ Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar merupakan suatu tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan
mrk tidak beriman. 68~ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang
Mulia Perkasa lai Maha Penyayang." { Asy-Syu'ara : 60 ~ 68 }
"90~ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi lau, lalu mrk diikiti
oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak menganiaya dan menindas
{mereka} hingga bila Fir'aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia:
"Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh
Bani Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri {kepada
Allah}." 91~ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya
kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang yang
berbuat kerusakkan. 92~ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu
supaya kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan Kami." { Yunus : 90 ~ 92 }
Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah keluar dari Mesir
Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan di bahagian
utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa aman dari kejaran
Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang dipimpin oleh Nabi Musa itu
melihat sekelompok orang-orang yang sedang menyembah berhala dengan
tekunnya. Berkatalah mrk kepada Nabi Musa: "Wahai Musa, buatlah untuk
kamu sebuah tuhan berhala sebagaimana mrk mempunyai berhala-berhala yang
disembah sebagai tuhan." Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan mereka
itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan bathil serta pasti
akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu
selain Allah yang telah memberikan kurnia kepada kamu, dengan
menyelamatkan kamu dari Fir'aun, melepaskan kamu dari perhambaannya dan
penindasannya serta memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang
lain.Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh drp kamu, bahwa kamu akan
mencari tuhan selain Allah yang demikian besar nikmatnya atas kamu,
Allah pencipta langit dan bumi serta alam semesta. Allah yang baru saja
kamu saksikan kekuasaan-Nya dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta
bala tenteranya untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."
Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun Sinai di mana
panas matahari sgt teriknya dan sunyi dari pohon-pohon atau bangunan di
mana orang dpt berteduh di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang
didesak oleh kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas
mereka awan yang tebal untuk mrk bernaung dan berteduh di bawahnya dari
panas teriknya matahari. Di samping itu tatkala bekalan makanan dan
minuman mereka sudah berkurangan dan tidak mencukupi keperluan. Allah
menurunkan hidangan makanan "manna" - sejenis makanan yang manis sebagai
madu dan "salwa" - burung sebangsa puyuh dengan diiringi firman-Nya:
"Makanlah Kami dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah turunkan
bagimu."
Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh kehabisan air
untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan kering itu, Allah
mewahyukan kepada Musa agar memukul batu dengan tongkatnya. Lalu
memancarlah dari batu yang dipukul itu dua belas mata air, untuk dua
belas suku bangsa Isra'il yang mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku
mengetahui sendiri dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya.
Bani Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih
belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mrk yang telah
menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan Fir'aun, memberikan
mereka hidangan makanan dan minuman yang lazat dan segar di tempat yang
kering dan tandus mereka menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon
kepada Allah menurunkan bagi mereka apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari
rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang adas dan
bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu macam makanan.
Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi Musa:
"Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan harganya sebagai
pengganti dari apa yang lebih baik yang telah Allah kurniakan kepada
kamu? Pergilah kamu ke suatu kota di mana pasti kamu akan dapat apa yang
telah kamu inginkan dan kamu minta."
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah
"Al-A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160 ; serta surah "Al-Baqarah" ayat
61 yang berbunyi sebagai berikut :~
"138~ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan itu, maka
setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala,
mereka {Bani Isra'il} berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah
tuhan {berhala} sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan {berhala}".
Musa menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}". 139~ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan
kepercayaan yang dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan.
140~ Musa berkata: "Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu yang selain
dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat".
{ Al-A'raaf : 138 ~ 140 }
"160~ Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya
berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air
kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Maka memancarlah
drpnya dua belas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat
minum masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami
turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami berfirman}: "Makanlah
baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan kepadamu." Mereka tidak
menganiaya Kami, tetapi merekalah yang selalu menganiaya dirinya
sendiri." { Al-A'raaf : 160 }
"61~ Dan ingatlah ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak boleh sabar
{tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk
kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang
ditumbuhkan oleh bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang
putihnya, kacang adasnya dan bawah merahnya." Musa berkata: "Mahukah
kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik?
Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang kamu
minta." { Al-Baqarah : 61 }
Musa bermunajat dengan Allah
Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala Nabi Musa
berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya akan memberi mereka
sebuah kitab suci yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup yang akan
memberi bimbingan dan sebagai tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan
bermuamalah dengan sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab suci itu
mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal dan haram, perbuatan
yang baik yang diredhai oleh Allah di samping perbuatan-perbuatan yang
mungkar yang dapat mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.
Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang telah
tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon kepada Allah agar
diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi pedoman dakwah dan risalahnya
kepada kaumnya. Lalu Allah memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia
berpuasa selama tiga puluh hari penuh, iaiut semasa bulan Zulkaedah.
Kemudian pergi ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan
bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang diminta.
Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia harus
menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina Nabi Musa merasa segan
akan bermunajat dengan Tuhannya dalam keadaan mulutnya berbau kurang
sedap akibat puasanya. Maka ia menggosokkan giginya dan mengunyah
daun-daunan dalam usahanya menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh
malaikat yang datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat
itu kepadanya: "Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan gigimu
untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu kurang sedap,
padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang berpuasa bagi kami adalah
lebih sedap dan lebih wangi dari baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu
itu, Allah memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari
sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh hari."
Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih diantara
pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan mengangkat Nabi
Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin kaum yang ditinggalkan
selama kepergiannya ke tempat bermunajat itu.
Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri di bukit
Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya turut serta. Dan
ketika ia ditanya oleh Allah: "Mengapa engkau datang seorang diri
mendahului kaummu, hai Musa?" Ia menjawab: "Mereka sedang menyusul di
belakangku, wahai Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk
mencapai redha-Mu."
Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah: "Wahai Tuhamku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku, agar aku dapat melihat-Mu"
Allah berfirman: "Engkau tidak akan sanggup melihat-Ku, tetapi cubalah
lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya sebagaimana
sedia kala, maka nescaya engkau akan dapat melihat-Ku." Lalu menolehlah
Nabi Musa mengarahkan pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu
yang seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut bumi
tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa, gementarlah
seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.
Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan bertahmidlah ia
seraya memohon ampun kepada Allah atas kelancangannya itu dan berkata:
"Maha Besarlah Engkau wahai Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah
taubatku dn aku akan menjadi orang yang pertama beriman kepada-Mu."
Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi Musa
kitab suci "Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu atau kepingan
kayu menurut sementara ahli tafsir yang di dalamnya tertulis segala
sesuatu secara terperinci dan jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun
kepada jalan yang diredhai oleh Allah.
Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan firman-Nya: "Wahai
Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau lebih dari manusia-manusia
yang lain di masamu, untuk membawa risalah-Ku dan menyampaikan kepada
hamba-hamba-Ku. Aku telah memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat
bercakap-cakap langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala
kurnia-Ku kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan
kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun tuntunan dan
pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il ke jalan yang benar, ke jalan
yang akan membawa kebahagiaan dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah
kaummu Bani Isra'il agar mematuhi perintah-perintah-Ku jika mereka
tidak ingin Aku tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang
fasiq."Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha" ayat
83 dan 84 dan surah "Al-a'raaf" ayat 142 sehingga ayat 145 sebagaimana
berikut :~
"83~ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?" 84~
Berkata Musa: "Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera
kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha kepadaku." { Thaha : 83 ~
84 }
"142~ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat} sesudah
berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan jumlah malam itu
dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah waktu yang telah
ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan berkata Musa kepada
saudaranya, yaitu Harun: "Gantilah aku dalam {memimpin} kaumku dan
perbaikilah dan janganlah kamu mengikuti jalan orang-orang yang membuat
kerusakkan". 143~ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami}
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman {langsung}
kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku nampakkanlah {Zat Engkau}
kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau." Tuhan berfirman: "Kamu
sesekali tidak sanggup melihat-Ku, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka
jika ia tetap di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat
melihat-Ku." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian itu
menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pengsan. Maka
setelah Musa sedar kembali, dia berkata: "Maha Suci Engkau, aku
bertaubat kepada-Mu dan aku orang yang pertama beriman." 144~ Allah
berfirman: "Hai Musa sesungguhnya Aku memilih kamu lebih dari manusia
yang lain {di masamu} untuk membawa risalah-Ku dan untuk berbicara
langsung dengan-Ku sebab itu berpegang teguhlah kepada apa yang Aku
berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur." 145~ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat}
segala sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman:
"Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu berpegang
kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya, nanti Aku akan
memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang fasiq." { Al-A'raaf: 142
~ 145 }
Bani Isra'il kembali menyembah patung anak lembu
Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan di bawah
pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan mereka lebih lama
dari tiga puluh hari, dalam perjalananya ke Thur Sina untuk berminajat
dengan Tuhan. Akan tetapi berhubung dengan adanya perintah Allah kepada
Musa untuk melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari,
maka janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali ke
tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih lama drp yang
telah dijanjikan.
Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan kedtgan Nabi Musa
kembali ke tengah-tengah mrk. Mrk menggerutu dan mengomel dengan
melontarkan kata-kata kepada Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan
mrk dalam kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mrk merasa
seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi bimbingan
dan petunjuk-petunjuk kepada mrk.
Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi kelompok Bani
Isra'il itu, digunakan oleh seprg munafiq, bernama Samiri yang telah
berhasil menyusup ke tengah-tengah mrk, sebagai kesempatan yang baik
untuk menyebarkan benih syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut
Nabi Musa yang baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah.
Samiri yang munafiq itu menghasut mrk dengan kata-kata bahwa Musa telah
tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan bahawa dia tidak
dapat diharapkan kembali dan karena itu dianjurkan oleh Samiri agar
mereka mencari tuhan lain sebagai ganti dari Tuhan Musa.
Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan akidah
pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar ajaran tauhidnya
segera membuat patung bagi mereka untuk disembah sebagai tuhan
pengganti Tuhannya Nabi Musa. PAtung itu berbentuk anak lembu yang
dibuatnya dari emas yang dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para
wanita. Dengan kepandaian tektiknya patung itu dibuat begitu rupa
sehingga dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati
yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani Isra'il
pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan akidahnya itu sebagai tuhan
persembahan mereka.
Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata: "Alangkah bodohnya kamu
ini! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu sembah ini tidak dapat
bercakap-cakap dengan kamu dan tidak pula dapat menuntun kamu ke jalan
yang benar. Kamu telah menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah
pada sesuatu selain Allah."
Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan hasutan
Samiri itu dengan kata-kata: "Kami akan tetap berpegang pada anak lembu
ini sebagai tuhan persembahan kami sampai Musa kembali ke tengah-tengah
kami."
Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang telah
berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau mereka dihadapi
dengan sikap yang keras, akan terjadi perpecahan di antara mereka dan
akan menjadi keadaan yang lebih rumit dan gawat sehingga dapat
menyulitkan baginya dan bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk
mencarikan jalan keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia
hanya memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti
kedatangan Musa kembali dari Thur Sina.
Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan Tuhan dan
dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana kaumnya sedang menunggu
memperolehi isyarat tentang apa yang telah terjadi dan dialami oleh Nabi
Harun selama ketiadaannya. Nabi Musa sgt marah dan sedih hati tatkala
ia tiba di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi anak
patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan karena sgt marah
dan sedihnya ia tidak dapat menguasai dirinya, kepingan-kepingan Taurat
dilemparkan berantakan. Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya
ditarik kepadanya seraya berkata menegur: "Apa yang engkau buat tatkala
engkau melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan
Samiri? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku ketika aku
menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin? Tidakkah engkau berdaya
melawan hasutan Samiri dengan memberi petunjuk dan penerangan kepada
mereka dan mengapa engkau tidak cepat memadamkan api kemurtadan ini
sebelum menjadi besar begini?"
Harun berkata menanggapi teguran Musa: "Hai anak ibuku, janganlah engkau
memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-narikku. Aku telah
berusaha memberi nasihat dan teguran kepada mereka, namun mereka tidak
mengindahkan kata-kataku. Mereka menganggapkan aku lemah dan mengancam
akan membunuhku. Aku khawatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan
yang keras, akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama
kita, hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih. Lepaskanlah
aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku bergembira melihat
perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah disamakan aku dengan orang-orang
yang zalim."
Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh kembali
ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri, orang munafiq yang
menjadi biang keladi dari kekacauan dan kesesatan itu: "Hai Samiri,
apakah yang mendorongmu menghasut dan menyesatkan kaumku, sehingga
mereka kembali menjadi murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari
emas itu?"
Samiri menjawab: "Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak
melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. aku mengambil
segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu, lalu aku lemparkannya
ke dalam emas yang mencair di atas api dan terjadilah patung anak lembu
yang dapat menguak, mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu
biasa.Demikianlah hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."
Berkata Nabi Musa kepada Samiri: "Pergilah engkau dan jauhilah pergaulan
manusia sebab karena perbuatan kamu itu engkau harus dipencilkan dan
menjadi tabu {sesuatu yang terlarang} jika disentuh atau menyentuh
seseorang ia akan menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di
dunia, sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu
yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan campakkannya ke
dalam laut."
Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata: "Hai kaumku,
alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan setelah
kepergianku! Apakah engkau hendak mendahului janji Tuhanmu? Bukankah
Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji yang baik, berupa kitab suci?
Ataukah engkau menghendaki kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena
perbuatanmu yang buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah
dan ajaran-ajaranku."
Kaum Musa menjawab: "Kami tidak sesekali melanggar perjanjianmu dengan
kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami disuruh membawa beban-beban
perhiasan yang berat kepunyaan orang Mesir yang atas anjuran Samiri kami
lemparkan ke dalam api yang sedang menyala. Kemudian
perhiasan-perhiasan yang kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak
lembu yang bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan
menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."
Berkata Musa kepada mrk: "Sesungguhnya kamu telah berbuat dosa besar dan
menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan patung anak lembu itu
sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah kamu kepada Tuhan, Penciptamu
dan Pencipta alam semesta dan mohonlah ampun drpnya agar Dia menunjukkan
kembali kepada jalan yang benar."
Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui bahwa mereka
telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun dan rahmat Allah agar
selanjutnya melindungi mereka dari godaan syaitan dan iblis yang akan
merugikan mereka di dunia dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa
beristighfar memohon ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setalah
ternyata bahwa ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa kepada
Tuhannya: "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan masukkanlah kami
berdua ke dalam lingkaran rahmat-Mu sesungguhnya Engkaulah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang."
Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun di satu pihak
dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya di lain pihak menjadi tenang
kembali, kepingan-kepingan Taurat yang bertaburan sudah dihimpun dan
disusun sebagaimana asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa agar
membawa sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas dosa
mereka menyembah patung anak lembu.
Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya untuk diajak
pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah Allah meminta ampun atas
dosa kaumnya. Mereka diperintahkan untuk keperluan itu agar berpuasa,
mensucikan diri, pakaian mereka dan pada waktu yang telah ditentukan
berangkatlah Nabi Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit
Thur Sina.
Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi seluruh
bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para pengikutnya ke dalam
awan gelap itu dan segera mereka bersujud. Dan sementara bersujud
terdengarlah oleh kelompok tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan
Tuhannya. Pada saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk
melihat Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar
percakapan-Nya dengan telinga.Maka setelah selesai Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya: "Kami tidak
akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang." Dan
sebagai jawapan atas keinginan mereka yang menunjukkan keingkaran dan
ketakaburan itu, Allah seketika itu juga mengirimkan halilintar yang
menyambar dan merenggut nyawa mereka sekaligus.
Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa kelompok tujuh
puluh orang yang merupakan orang-orang yang terbaik di antara kaumnya.
Ia berseru memohon kepada Allah agar diampuni dosa mereka seraya
berkata: "Wahai Tuhanku, aku telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh
orang yang terbaik di antara kaumku kemudian aku akan kembali seorang
diri, pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka,
wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang Engkau
telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan permintaan mereka yang
durhaka itu."
Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan dihidupkan kembali
kelompok tujuh puluh orang itu, maka bangunlah mereka seakan-akan orang
yang baru sedar dari pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nai Musa
mengambil janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada
kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan
perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.
Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al-Quran dalam
banyak tempat, di antaranya surah "Thaha" ayat 85 sehingga 98, surah
"Al-A'raaf ayat 149, 151, 154, 155 dan surah "Al-Baqarah" ayat 55, 56,
63 dan 64 sebagai berikut :~
"85~ Allah berfirman: "Maka sesungguuhnya Kami telah menguji kaummu
sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri." 86~
Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan
kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang
berlalu itu bagimu atau kamu melanggar perjanjian dengan aku?" 87~
Mereka berkata: "Kami sesekali tidak melanggar perjanjian kamu dengan
kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari
perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula
Samiri melemparkannya." 88~ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mrk anak
lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah tuhanmu
dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa." 89~ Maka apakah mereka tidak
memperhatikan bahawapatung anak lembu itu tidak dapat memberi jawapan
kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan
tidak pula kemanfaatan? 90~ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada
mereka sebelumnya: " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi
cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah Tuhan Yang
Maha Pemurah maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." 91~ Mereka
menjawab: "Kami akan tetap menyambah patung anak lembu ini, hingga Musa
kembali kepada kami." 92~ Berkata Musa: "Hai Harun, apa yang menghalangi
kamu ketika kamu melihat telah tersesat, 93~ {sehingga} kamu tidak
mengikuti aku? Maka apakah kamu telah sengaja mendurhakai perintahku?"
94~ Harun menjawab: "Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang jangutku
dan jangan pula kepalaku; sesungguhnya aku khuatir bahawa kamu akan
berkata {kepadaku}: " Kamu telah memecah antara Bani Isra'il dan kamu
tidak memelihara amanatku." 95~ Berkatalah Musa: "Apakah yang
mendorongmu {berbuat demikian} hai Samiri?" 96~ Samiri menjawab: "Aku
mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya maka aku ambil
segenggam aari jejak rasul, lalu aku melemparkannya dan demikianlah
nafsuku membujukku." 97~ berkata Musa: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya
bagi kamu di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan :
Janganlah menyantuh {aku}." Dan sesungguuhnya bagimu hukuman {di
akhirat} yang kami sesekali tidak dapat menghindarinya dan lihatlah
tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan
membakarnya kemudian kami sesungguhnya akan menghamburkannya ke dalam
laut {berupa abu yang berserakan} 98~ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah
Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala
sesuatu." { Thaha : 85 ~ 98 }
"149~ Dan setelah mereka sgt menyesali perbuatanya dari mengetahui bahwa
mereka telah sesat, mereka pun berkata: "Sesungguhnya jika Tuhan kami
tidak memberi rahmat kepada kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami
menjadi orang-orang yang rugi." { Al-A'raaf : 149 }
"151~ Musa berdoa: "Ya Tuhanku ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah Maha Penyayang
di antara para Penyayang." { Al-A'raaf : 151 }
"154~ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya kembali luh-luh
{Taurat} itu; dan dalam tulisannya terdpt petunjuk dan rahmatbutk
orang-orang yang takut kepada Tuhannya. 155~ Dan Musa memilih tujuh
puluh orang dari kaumnya untuk {memohonkan taubat kepada Kami} pada
waktu yang telah Kami tentukan. Mak ketika mereka digoncang genpa bumi
Musa berkata: "Ya Tuhanku! kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau telah
membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau akan membinasakan
kami karena perbuatan orang-orang yang krg akal di antara kami? Itu
hanyalah cubaan dari Engkau, Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa
yang Engkau kehendaki dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau
kehendaki. Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan
berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
sebaik-baiknya." { Al-A'raaf : 154 ~ 155 }
"55~ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak akan
beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan terang karena itu
kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya" 56~ Setelah itu
Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur." {
Al-Baqarah : 55 ~ 56 }
"63~ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kmai
angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami berfirman} :
"Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah
selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa. Kemudian kamu
berpaling setelah {adanya perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia
Allah dan rahmat-Nya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi." {
Al-Baqarah : 63 ~ 64 }
Bani Isra'il mengembara tidak berketentuan tempat tinggalnya
Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum Bani
Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun yang kejam yang
telah menindas dan memperhambakan mereka berabad-abad lamanya. Telah
diperlihatkan kepada mereka bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun ,
musuh mereka tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di
tengah-tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan makanan "Manna
dan Salwa" bagi keperluan mereka.
Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi dari
kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada
mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah yang susul-menyusul yang
diberikan kepada mereka, tidaklah mengubah sifat-sifat mereka yang tidak
mengenal syukur, berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap
perintah Allah yang diwahyukan kepada rasul-Nya.
Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintah-Nya kepada Nabi Musa untuk
memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci yang telah dijanjikan
oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk menjadi tempat tinggal anak
cucunya, mereka membangkang dan enggan melaksanankan perintah itu.
Alasan penolakan mereka ialah karena mereka harus menghadapi suku
"Kana'aan" yang menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan
perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan kekuatan.
Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa, bahwa dengan
pertolongan-Nya mereka akan dapat mengusir suku Kan'aan dari kota Ariha
untuk dijadikan tempat pemukiman mereka selama-lamanya.
Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada Musa: "Hai
Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum orang-orang suku Kan'aan
itu keluar. KAmi tidak berdaya menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal
kerana mereka telah terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa.
Pergilah engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang
suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti hasil
perjuanganmu."
Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut itu yang
tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk mendapat tempat pemukiman
tetapi ingin memperolehnya secara hadiah atau melalui mukjizat
sebagaimana mereka telah mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang
menyedihkan hati Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan
bahwa dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik kepada
Allah.
Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang drp kaumnya
yang akan mendampinginya melaksanakan perintah Allah itu, berdoalah Nai
Musa kepada Allah: "Ya Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan
diri saudaraku Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq
yang mengingkari nikmat dan kurnia-Mu."
Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak perintah Allah
memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri itu atas mereka selama
empat puluh tahun dan selama itu mereka akan mengembara berkeliaran di
atas bumi Allah tanpa mempunyai tempat mukim yang tetap. Mereka hidup
dalam kebingungan sampai musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul
generasi baru yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang
telah disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.
Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Maidah ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana berikut :
"20~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,
ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat nabi-nabi di
antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang merdeka dan diberi-Nya
kepada mu apa yang belum pernah diberi-Nya kepada seorang pun di antara
umat-umat yang lain." 21~ HAi kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin}
yang telah ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi
orang-orang yang rugi. 22~ Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam
negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa sesungguhnya kami tidak
sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar drpnya. Jika mereka
keluar drpnya, pasti kami akan memasukinya" 23~ Berkatalah dua orang di
antara orrg-orang yang takut {kepada Allah} yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: " Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota}
itu, maka bila kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang
beriman." 24~ Mereka berkata: "Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena itu
pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya
kami hanya duduk menanti disini saja." 25~ Berkata Musa: "Ya Tuhanku,
aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu
pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu." 26~ Allah
berfirman : {Jika demikian} maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas
mereka selama empat puluh tahun {selama itu} mereka akan
berpusing-pusing kebingungan di bumi itu. Maka janagnlah kamu bersedih
hati {memikirkan nasib} orang-orang yang fasiq itu." { Al-Maidah : 20 ~
26 }
Kisah sapi Bani Isra'il
Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah dinerikan oleh Allah kepada
Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal dengan sebutan sapi
Bani ISra'il.
Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal dari seorang
kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan yang besar dari ayahnya
yang telah wafat tanpa meninggalkan seorang pewaris selain putera
tunggalnya itu.
Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan ingin
menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-tidaknya
sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang berlaku pada waktu
itu yang tidak memberikan hak kepada mereka untuk memperoleh walau
sebahagian dari peninggalan bapa saudara mereka , mereka bersekongkol
untuk membunuh saudara sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati
hak atau warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.
Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana yang tersusun
rapi kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa melaporkan, bahwa
mereka telah menemukan saudara sepupunya mati terbunuh oleh seorang yang
tidak dikenal identitinya mahupun tempat di mana iamenyembunyikan diri.
Mereka mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi
peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Utk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang segera
menwahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih seekor sapi dan
dengan lidah sapi yang disembelih itu dipukullah mayat sang korban yang
dengan izin Allah akan bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya
yang telah melakukan pembunuhan atas dirinya.
Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah itu
kepada kaumnya ia ditertawakan dan diejek karena akal mereka tidak dapat
menerima bahwa hal yang sedemikian itu boleh terjadi. Mereka lupa bahwa
Allah telah berkali-kali menunjukkan kekuasaan-Nya melalui mukjizat
yang diberikan kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih
sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat yang mereka
hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.
Berkata mereka kepada Musa secara mengejek: "Apakah dengan cara yang
engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak menjadikan kami bahan ejekan
dan tertawaan orang? Akan tetapi kalau memang cara yang engkau usulkan
itu adalah wahyu, maka cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau
jantankah yang harus kami sembelih? Dan apakah sifat-sifatnya serta
warna kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus kami
sembelih?"
Musa menjawab: "Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih itu ialah
sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah dipakai untuk membajak
tanah atau mengairi tanaman tidak cacat dan tidak pula ada belangnya."
Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-kampung mencari
sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya diketemukannya pd seorang anak
yatim piatu yang memiliki sapi itu sebagai satu-satunya harta
peninggalan ayahnya serta menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya.
Ayah anak yatim itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah
yang tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah kepada
Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang tidak dapat
meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor sapi itu. Maka berkat
doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi si anak yatim itu dengan harga
yang berlipat ganda karena memenuhi syarat dan sifat-sifat yang
diisyaratkan oleh Musa untuk disembelih.
Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu, diambillah
lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada tubuh mayat, yang
seketika bangunlah ia hidup kembali dengan izin Allah, menceritakan
kepada Nabi Musa dan para pengikutnya bagaimana ia telah dibunuh oleh
saudara-saudara sepupunya sendiri.
Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan kepada
Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun belum juga dapat
menghilangkan sifat-sifat congkak dan membangkang mereka atau
mengikis-habis bibit-bibit syirik dan kufur yang masih melekat pada dada
dan hati mereka.
Ayat-ayat Al-Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas, terdapat dalam
surah "Al-Baqarah ayat 67 sehingga 73 sebagaimana tersebut di bawah ini
:~
"67~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina." Mereka berkata: "Apakah
kamu hendak menjadikan kami buah ejekan." Musa menjawab: "Aku berlindung
kepada Allah drp menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil."
68~ Mrk menjawab: "Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia
menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu? Musa menjawab:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina
yang tidak tua dan tidak muda pertengahan antara itu maka kerjakanlah
apa yang telah diperintahkan kepadamu." 69~ Mereka berkata: "Mohonkanlah
kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apakah
warnanya. Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina
itu adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya." 70~ Mrk berkata: "Mohonkanlah kepada
Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat
sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami
dan sesungguhnya kami insya-Allah akan dat petunjuk." 71~ Musa berkata:
"Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina adalah sapi betina yang
belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi
tanaman, tidak cacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang
barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar." Kemudian
mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah
itu. 72~ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu
saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa
yang selama ini kamu sembunyikan. 73~ Lalu Kami berfirman: "Pukullah
mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah
menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan
padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti." { Al-Baqarah : 67 ~
73 }
Nabi Musa A.S. dan Al-Khidir
Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani Isra'il.
Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan mengingatkan kepada
mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang telah dicurahkan kepada mereka
yang sepatutnya diimbangi dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang
tulus, melakukan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala
larangan-Nya. Kepada mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi
Musa menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari nikmat
Allah diancam dengan seksa api neraka.
Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya bangunlah di antara para hadiri
bertanya kepadanya: "Wahai Musa, siapakah di atas bumi Allah ini paling
pandai dan paling berpengetahuan?" "Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada
kiranya orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu?"
Tanya lagi si penanya itu. "Tidak ada" , ujar Musa seraya berkata dalam
hati kecilnya: " Bukankah aku Nabi terbesar di antara Bani Isra'il? Aku
adalah penakluk Fir'aun, pemegang berbagai mukjizat, yang telah dapat
membelah laut dengan tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan
bercakap-cakap langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat
melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang belum
pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum aku."
Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-kata Nabi
Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan kepadanya bahwa ilmu itu
adalah lebih luas untuk dimiliki oleh seseorang walaupun ia adalah
seorang rasul dan bahwa bagaimana luasnya ilmu dan pengetahuan
seseorang, nescaya akan terdapat orang lain yang lebih pandai dan lebih
alim daripadanya. Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada
diri Nabi Musa Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang
hamba-Nya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba yang soleh
yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu akan memberi
tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa sehingga dapat menjadikan
sedar bahwa tiada manusia yang dapat membanggakan diri dengan
mengatakan bahwa akulah orang yang terpandai dan berpengetahuan luas di
atas bumi ini.
Berkata Musa kepada Tuhan: "Wahai Tuhanku, aku akan pergi mencari
hamba-Mu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api ilmunya dan mendapat
titisan air pengetahuan dan ilham yang Engkau telah berikan kepadanya."
Allah berfirman kepada Musa: "Bawalah seekor ikan didalam sebuah
keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah bahwa di tempat
di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam keranjang itu, di situ
engkau akan menemui hamba-Ku yang soleh itu." Nabi Musa menyiapkan diri
untuk perjalanan yang jauh, didampingi oleh "Yusya' bin Nun" seorang drp
para pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman di
antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai dengan
petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali sebelum ia dapat
menemui hamba yang soleh itu walaupun ia harus melakukan perjalanan yang
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada
teman sepejalanannya Yusya' bin Nun agar segera memberitahu kepadanya
bilamana ikan yang di dalam keranjang yang dibawanya itu hilang.
Tatkala Nabi Musa nerserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua lautan
bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah kepadanya,
tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang berada di tepi
lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak, turunlah hujan rintik-rintik,
membasahi seekor di dalam keranjang itu dan tanpa mereka ketahui
melompatlah ikan tersebut itu masuk ke dalam laut.
Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka meneruskan
perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan. Dan dalam perjalanan
yang sudah agak jauh, berhentilah Musa beristirehat sekadar untuk
menghilangkan rasa penatnya seraya meminta dari Yusya bin Nun agar
menyiapkan santapannya karena ia sudah sgt lapar. Ketika Yusya bin Nun
membuka keranjang untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan
yang hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya' kepada
Nabi Musa: "Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu
segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang tidur
nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-tiba hidup
kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat masuk ke dalam laut.
Sepatutnya aku melapurkan kkepadamu segera, sesuai dengan pesananmu,
namun aku dilupakan oleh syaitan."
Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar berita itu
dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana ia akan dapat bertemu
dengan hamba Allah yang dicari itu. Berkata Musa kepada Yusya': "Inilah
tempat yang kami tuju dan disini kami akan menemui orang yang kami cari.
Marilah kami kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat
tujuan terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."
Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan ikan, mereka
melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada wajahnya tampak cahaya
dan iman serta tanda-tanda orang soleh. Ia sedang menutpi tubuhnya dan
pakaiannya sendiri, yang segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata
salam Nabi Musa kepadanya.
"Siapakah engkau?" bertanya orang soleh itu. Musa menjawab: "Aku adalah
Musa." Bertanya kembali orang soleh itu: "Musa, nabi Bani Isra'ilkah?"
"Betul", jawab Musa, seraya bertanya: "Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani Isra'il?"
"Dari yang mengutusmu kepadaku", jawab orang soleh itu. "Inilah hamba
Allah yang aku cari", berkata Musa dalam hatinya, seraya mendekatinya
dan berkata kepadanya: "Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu
dan berjalan bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan
sebagai muridmu? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan perintahmu."
Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi
Al-Khidhir itu menjawab: "Engkau tidak akan sabar dan tidak dapat
menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan bersamaku. Engkau akan
mengalami dan melihat hal-hal yang ajaib yang sepintas lalu nampak
seakan-akan perbuatan yang salah dan mungkar namun pada hakikatnya
adalah perbuatan benar dan wajar dab engkau sebagai manusia tidak akan
berdiam diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang ganjil
menurut pandanganmu."
Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar dan menambah
pengetahuan : "Insya-Allah engkau akan mendapati aku seorang yang sabar
yang tidak akan melanggar sesuatu perintah atau petunjuk daripadamu."
Berkata Al-Khidhir kepada Musa: "JIka engkau benar-benar ingin
mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus berjanji tidak akan
mendahului bertanya tentang sesuatu sebelum aku memberitahukan
kepadamu. Engkau harus berjanji bahwa engkau tidak akan menentang segala
perbuatan dan tindakan yang aku lakukan dihadapan mu walaupun menurut
pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya memberi alasan
dan tafsiran bagi segala tindakan dan perbuatanmu kepadamu kelak pada
akhir perjalanan kami berdua."
Dengan diterimanya pesyaratan Nabi Al-Khidhir oleh Musa yang berjanji
akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi Musa mengikutinya
dalam perjalanan.
Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al-Khidhir terjadi tatkala
mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah perahu sedang
berlabuh. Nabi Al-Khidhir meminta pertolongan pemilik perahu itu, agar
menghantar mereka di suatu tempat yang di tuju. Dengan senang hati
diangkutlah mereka berdua secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati
dan diberi layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa
kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak terdapat
pada orang biasa.
Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur dengan
lajunya di antara gelombang-gelombang tiba-tiba Musa melihat Al-Khidhir
melubangi perahu itu dengan mengambil dua keping kayunya. Perbuatan mana
yang dianggap oleh Musa suatu gangguan dan pengrusakan bagi milik
seseorang yang telah berbuat baik terhadap mereka.
Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegulah Al-Khidhir dengan berkata:
"Engkau telah melakukan perbuatan mungkar dengan merusak dan melubangi
perahu ini. Apakah dengan perbuatan kamu ini engkau hendak
menenggelamkan perahu ini dengan semua penumpangnya? Tidakkah engkau
merasa kasihan kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami
dan menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar sesen
pun?"
Berkata Al-Khidhir menjawab teguran Musa: "Bukankah aku telah katakan
kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri melihat
tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."
Musa berkata: "Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan kelupaanku."
Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al-Khidhir dan tibalah meeka
berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian perjalanan
dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan seorang anak laki-laki
yang sedang bermain-main dengan kawan-kawannya. Tiba-tiba dipanggillah
anak itu oleh Al-Khidhir, dibawanya ke tempat yang agak jauh,
dibaringkannya dan dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa
melihat tindakan Al-Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah
membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin sekali
dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi kedua orang tuanya.
Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi kemungkaran dan
kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat Al-Khidhir melakukan
pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka ditegurlah ia seraya berkata:
"Mengapa engkau telah membunuh seorang anak yang tidak berdosa?
Sesungguhnya engkau telah melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."
Al-Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya: "Bukankah aku telah berkata
kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan diri berjalan dengan
aku?"
Dengan rasa malu mendengar teguran Al-Khidhir itu, berucaplah Musa:
"Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah untuk aku
meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian bahwa bila terjadi
lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali ketiganya, maka janganlah aku
diperbolehkan menyertaimu seterusnya.Sesungguhnya telah cukup engkau
memberi uzur dan memberi maaf kepadaku."
Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al-Khidhir dari Musa
diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu desa di mana
mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan lelah dan penat mereka
akibat perjalanan jauh yang telah ditempuh. Mereka berusaha untuk
mendapat tempat penginapan sementara dan sedikit bahan makanan untuk
sekadar mengisi perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari
penduduk desa yang memang terkenal bachil {pelit} itu yang mahu menolong
mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap makanan sehingga dengan
rasa kecewa mereka segera meninggalkan desa itu.
Dalam perjalanan Musa dan Al-Khidhir hendak keluar dari desa itu mereka
melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris roboh. Segera
AL-Khidhir menghampiri dinding itu dan ditegakkannya kembali. Dan secara
spontan, tanpa disedar, berkata Musa kepada Al-Khidhir: "Hairan bin
ajaib, mengapa engkau berbuat kebaikan bagi orang0orang yang jahat dan
pelit ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat
istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar. Sepatutnya
engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan dinding itu, agar dengan
upah yang engkau perolehi itu dapat kami menutupi keperluan makan minum
kami."
Al-Khidhir menjawab: "Wahai Musa, inilah saat untuk kami berpisah sesuai
dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku memberimu kesempatan dan
uzur. Akan tetapi sebelum kami berpisah , akan aku berikan kepadamu
tujuan serta alasan-alasan perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan
tidak wajar dan kurang patut."
"Ketahuilah hai Musa", Al-Khidhir melanjutkan huraiannya,"bahawa
pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah dimaksudkan untuk
menyelamatkannya dari pengambil-alihan oleh seorang raja yang zalim yang
sedang mengejar di belakang bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah
milik orang-orang fakir-miskin yang digunakan sebagai sarana mencari
nafkah bagi hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan
dalam bahtera itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua kali untuk
merampas bahtera itu yang dianggapnya rusak dan berlubang itu. Maka
perbuatanku yang pada lahirnya adalah pengrusakan milik orang, namun
tujuannya ialah menyelamatkannya dari tindakan perampasan
sewenang-wenangnya."
"Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan menyelamatkan
kedua orang tuanya dari gangguan anak yang durhaka itu. Kedua orang tua
anak itu adalah orang-orang yang mukmin, soleh dan bertakwa yang aku
khuatirkan akan menjadi tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena
dorongan anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu
Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti kepada
mereka berdua."
Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku tegakkan kembali
itu adalah karena dibawahnya terpendam harta peninggalan milik dua orang
anak yatim piatu. Ayah mereka adalah orang yang soleh ahli ibadah dan
Allah menghendaki bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya
itusampai ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai
dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah mereka
yang soleh dan bertakwa itu."
"Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui tentang tujuan
tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau anggap buruk dan melanggar
hukum. Semuanya itu telah kulakukan bukan atas kehendakku sendiri
tetapi atas tuntunan wahyu Allah kepadaku."
Kisah Musa dan Al-Khidir ini dapat dibaca dalam surah "Al-Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud : ~
"60~ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan
berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan atau aku
akan berjalan sampai bertahun-tahun." 61~ Maka tatkala mereka sampai ke
pertemuan dua laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu
melompat mengambil jalannya ke laut itu. 62~ Maka tatkala mereka
berjalan lebih jauh berkatalah Musa kepada muridnya: "Bawalah kemari
makanan kita sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita
ini." 63~ Muridnya menjawab: "Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat
berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa menceritakan tentang
ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali
syaitan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh
sekali." 64~ Musa berkata: "Itulah tempat yang kita cari." Lalu keduanya
kembali, mengikuti jejak mereka sendiri. 65~ Lalu mereka bertemu dengan
seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya
ilmu dari sisi Kami. 66~ Musa berkata Al-Khidhir: "Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?" 67~ Dia menjawab:
"Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan sanggup sabar bersamaku, 68~
dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" 69~ Musa berkata: "Insya-Allah
kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan
menentangmu dalam sesuatu urusan pun." 70~ Dia berkata: "Jika kamu
mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa
pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu." 71~ Maka berjalanlah
keduanya, hingga keduanya menaiki perahu, lalu Al-Khidhir melubanginya.
Musa berkata: "Mengapa kamu melubangi perahu itu yang akibatnya kamu
menenggelamkan penumpamgnya?" Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar. 72~ Dia {Al-Khidhir} berkata: "Bukankah aku telah
katakan: "Sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar bersama dengan
aku." 73~ Musa berkata: "Janganlah kamu menghukum aku kerana kelupaanku
dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam
urusanku," 74~ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya
berjumpa dengan seorang pemuda maka Al-Khidhir membunuhnya. Musa berkata
: "Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana dia membunuh orang
lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar." 75~
Al-Khidhir berkata: "Bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?" 76~ MUsa berkata:
"Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah {kali ini} maka
janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah
cukup memberikan uzur padaku." 77~ Maka keduanya berjalan hingga tatkala
keduanya sampai kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu
tidak mahu menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu ada
dinding rumah yang hampir roboh, maka Al-Khidhir menegakkan dinding itu.
Musa berkata: "Jikalau kamu mahu nescaya kamu akan mengambil upah untuk
itu." 78~ Al-Khidhir berkata : "Inilah perpisahan antara aku dengan
kamu kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang
kamu tidak dapat sabar terhadapnya. 79~ Adapun bahter itu adalah
kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut dan aku bertujuan
merusakkan bahtera itu kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang
merampas tiap-tiap bahtera. 80~ Dan ada pun anak muda itu maka kedua
orang tuanya adlah orang-orang mukmin dan kami khuatir bhe dia akan
mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran. 81~ Dan
kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak
lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih
sayangnya {kepada ibubapanya}. 82~ Adapun dinding rumah itu kepunyaan
dua orang anak muda yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang
yang soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut kemahuanku sendiri.
Demikianlah itu adlah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya." { Al-Kahfi : 60 ~ 82 }
Nabi Musa A.S. dan Qarun si kaya raya
Qarun adalah nama seorang drp kaum Nabi Musa dan keluarganya yang dekat.
Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki dan kekayaan harta benda yang
besar yang tidak ternilai bilangannya. IA hidup mewah, selalu mujur
dalam usahanya mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah
khazanahnya dengan harta benda dan benda-2 yang sgt berharga. Sampai-2
para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau memikul kunci-2 peti
khazanahnya karena sgt byk dan beratnya. Ia hidup secara mewah dan
menonjol di antara kaum dan penduduk kotanya. Segala-galanya adlah luar
biasa dan lain drp yang lain. Gedung-2 tempat tinggalnya ,pakaiannya
sehari-hari ,pelayan-2nya dan hamba-2 sahayanya yang bilangannya
melebihi keperluan. Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan
duniawi yang tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas
dengan tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi
khazanahnya yang sudah padat itu, sifat mausia yang serakah yang tidak
akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai. Jika ia sudah memiliki
segantang emas ia ingin memperolhi segantang yang kedua dan demikian
seterusnya.
Sebagaimana halnya dengan kebykan orang-orang kaya yang telah dimabukkan
oleh harta bendanya maka Qarun tidak merasa sedikit pun bahwa dia
mempunyai kewajiban sosial dengan harta kekayaannya itu. Ia dalam
hidupnya hanya memikirkan kesenangan dan kesejahteraan peribadinya,
memikirkan bagaimana ia dapat menambahkan kekayaannya yang sudah
melimpah-limpah itu. Ia telah dinasihati oleh pemuka-2 kaumnya agar ia
menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para fakir
miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak berpakaian dan
lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan bahwa kekayaan yang ia
perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan yang harus disyukuri dengan
beramal kebajikan terhadap sesama manusia dan melakukan perbuatan-2 yang
dapat meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau
menderita cacat. Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki
yang luas itu dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan
kewajiban sosialnya.
Nasihat yang baik dan peringatan yang jujur yang dikemukakan oleh
pemuka-pemuka kaumnya itu tidak diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat
tempat didalam hatinya.Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah
yang harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus
tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya dan
membenarkan segala tindak tanduknya. IA menyombongkan diri dengan
mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat itu bahwa kekayaan
yang ia miliki adalah semata-mata hasil jerih payahnya dan hasil
kecekapan dan kepandaiannya berusaha dan bukan merupakan kurnia atau
pemberian dari sesiapa pun. Karenanya ia bebas menggunakan harta
kekayaannya menurut kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat
oleh kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para fakir
miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan pertolongan.
Sebagai tentangan bagi para orang yang menasihatinya, Qarun makin
meningkatkan cara hidup mewahnya dan secara menyolok mempamerkan
kekayaannya dengan berlebih-lebihan. Bila ia keluar, Ia mengenakan
pakaian dan perhiasan yang bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu
lebih banyak daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi
dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara menyolok itu
,merasakan iri-hati dikalangan penduduk terutama mereka yang masih lemah
imannya. Mereka berbisik-bisik diantara sesama mereka mengeluh dengan
berkata: "Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang
telah diberikan kepada Qarun? Alangkah mujurnya nasib Qarun dan alangkah
bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini! Dan mengapa Tuhan
melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun yang tidak mempunyai
rasa belas kasihan terhadap orang-orang yang melarat dan sengsara,
orang-orang yang fakir dan miskin yang memerlukan pertolongan berupa
pakaian mahupun makanan.Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah
lagi Maha Pengasih itu?"
Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara sukarela
menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk disedekahkan kepada
orang-orang yang memerlukannya, melarat dan miskin akhirinya didatangi
oleh Nabi Musa menyampaikan kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan
perinyah berzakat bagi tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan
oleh Musa kepadanya bahwa dalam harta kekayaan tiap ada bahagian yang
telah ditentukan oleh Tuahn sebagai hak orang-orang yang melarat dan
fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.
Qarun merasa jengkel memerima perintah wajib berzakat itu dan menyatakan
keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata: "Hai MUsa kami telah
membantumu dan menyokongmu dalam dakwahmu kepada agama barumu. Kami
telah menuruti segala perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu.
Sikap kami yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau
bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah engkau ingin
meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin juga menguasai harta
kekayaan kami setelah kami serahkan kepadamu hati dan fikiran kami
sebulat-bulatnya. Dengan perintah wajib zakatmu ini engkau telah membuka
topengmu dan menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang
pendusta dan ahli sihir belaka."
Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib berzakat itu
ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali bahwa kewajiban berzakat
iut tidak dapat ditawar-tawar dan harus dilaksanakan karena ia adalah
perintah Allah yang harus ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya.
Quran tidak dapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu
setelah berbantah dan berdebat dengan Musa maka ia menyerah dan
ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat harta kekayaannya.
Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang harus
dizakatkan dari harta miliknya Qarun merasa terlampau besar yang harus
dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus mengeluarkan dari
khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi imbalan sesuatu keuntungan
dan laba. Fikir punya fikir dan timbang punya timbang akhirnya Qarun
mengambil keputusan untuk tidak akan mengeluarkan zakat walau apapun
yang akan terjadi akibat tindakannya itu.
Utk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban mengeluarkan
zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa dengan maksud menarik
orang agar menjadikan penunjang aksinya dan mengikutinya menolak menolak
kewajiban mengeluarkan zakat sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa.
Ia menyebarkan fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan
penyiaran agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa
perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang halus
terhadap milik-milik para pengikutnya.
Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan kewibawaannya, Qaru
bersekongkol dengan seorang wanita yang diajarinya agar mengaku didepan
umum bahwa ia telah melakukan perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi
Allah tidak rela nama Rasul-Nya tercemar oleh tuduhan palsu yang
diaturkan oleh Qarun itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu
untuk mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia tuduhkan
kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun semata-mata dan
bahawasannya Musa adalah bersih dari perbuatan yang dituduh itu.
Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad baik dan
bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang soleh yang mematuhi
perintah-2 Allah terutama perintah wajib zakat bahkan ia dapat
merusakkan akhlak dan iman para pengikut Musa dengan sikap dan cara
hidupnya yang berlebih-lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang
tidak henti-2 merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi Musa ,lalu
berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azab-Nya atas diri Qarun yang
sombong dan congkak itu, agar menjadi pengajaran dan ibrah bagi kaumnya
yang sudah mulai goyah imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah
yang telah Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.
Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa
terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak bangunan
gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan tempat penimbunan
kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun hidup-hidup berserta semua
milik kekayaan yang menjadi kebaggaannya.
Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi ibrah
bagi pengikut-2 Nabi Musa serta ubat rohani bagi mereka yang beriri hati
dan mendambakan kenikmatan dan kemewahan hidup sebagaimana yang telah
dialami oleh Qarun. Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah:
"Sekiranya Allah telah melimpahkan rahmat dan kurnia-Nya, nescaya kami
dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan kedudukan
duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika kami beriri hati dan
mendambakan kekayaannya yang membawa binasa baginya. Aduhai benar-2
tidaklah beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah."
Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah "Qashash" ayat 76
sehingga 82 dan surah "Al-Ahzaab" ayat 69 sebagaimana berikut :~
"76~Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia berlaku aniaya
terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan
harta yang kunci-nya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang
kuat-2. {Ingatlah{ ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu
terlalu bangga sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
terlalu membanggakan diri." 77~ Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan kepada mu {kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah
{kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi ini. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakkan. 78~ Qarun berkata:
"Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku." Dan
apakah ia tidak mengetahui bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan
umat-2 sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak
mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang
berdosa itu tentang dosa-dosa mereka. 79~ Mak keluarlah Qarun kepada
kaumnya dengan kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki
kehidupan dunia: " Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang
telah diberikan kepada Qarun , sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
peruntungan yang besar." 80~ Berkatalah orang-orang yang telah
dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebihbaik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan tidak
diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang sabar." 81~ Mak Kami
benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya
suatu golongan pun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia
termasuk orang-orang {yang dapat} membela {dirinya}. 82~ Dan jadilah
orang-orang yang kelmarin mencita-citakan kedudukan Qarun itu berkata:
"aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki
dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan
kurnia-Nya atas kita benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan kita
{pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari
{nikmat} Allah." { Al-Qashash : 76 ~ 82 }
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya dari
tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang
mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah." { Al-Ahzaab : 69 }
Thalout diangkat sebagai raja Bani Isra'il
Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya di bawah
pimpinan Yusya bin Nun mereka selalu menjadi sasaran penyerbuan dan
serangan dari bangsa-2 sekelilingnya, seperti suku Amaliqah dari bangsa
Arab, bangsa Palestin sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan
kekalahan di antara meeka silih berganti.
Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud" suatu
daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan terjadilah
pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa Palestin yang
berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil dan merampas benda keramat
mereka yang bernama "Tabout", yaitu sebuah peti tempat penyimpanan kitab
Taurat.
Peti yang disebut Tabout itu adlah merupakan salah satu dari banyak
kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani Isra'il. Mereka
menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang dapat menginspirasikan
kekuatan dan keberanian kepada mereka dikala menghadapi musuh. Maka
karenanya dalam tiap medan perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi
kekuatan batin dan semangat juang bagi mereka memberi rasa berani bagi
mereka dan rasa takut bagi musuh. Maka dengan dirampasnya Tabout itu
oleh bangsa Palestin hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah
barisannya, retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang
ternakan yang ditinggalkan gembalanya.
Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Mua, Bani Isra'il tidak
mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang berwibawa yang dapat
mengikat mereka di bawah satu bendera dan menghimpun mereka di bawah
satu komando bila terjadi serangan dari luar dan penyerbuan oleh musuh.
Mereka hanya dipimpin oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan
kepada mereka dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai
jika timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka. Di antara
penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling disegani dan di
hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu didengar dan nasihat-2nya
selalu diterima dan ditaati.
Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang merasa sedih
melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan bercerai berai setelah
dikalahkan oleh bangsa Palestin dan dikeluarkan dari negeri mereka serta
dirampasnya Tabout yang merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi
mereka. Mereka mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan
seorang pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan
sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya menjadi
panglima perang.
Samu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik kelemahan serta
sifat-2 licik dan pembangkang yang meletak pada diri mereka berkata:
"Aku khuatir bahwa kamu akan takut dan enggan bertempur melawan musuh
bila kepadamu diperintahkan untuk berperang menghalau musuh dari
negerimu."
Mereka menjawab: "Bagaimana kami menolak perintah semacam itu dan enggan
maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah dihina diusir dari
rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak keluarga kami. Bukankah suatu
hal yang memalukan dan menurun darjat kami sebagai bangsa, bila dalam
keadaan yang sedang kami alami ini, kami masih juga enggan berperang
melawan musuh yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan
maju dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja kami
akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta berwibawa
sehingga komandonya dan segala perintahnya akan dipatuhi oleh kaum kami
semuanya."
Somu'il berkata: "Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian pula
keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan memimpin dan
membimbing kamu , maka berilah waktu kepadaku untuk beristikharah
memohon pertolongan Allah menunjukkan kepadaku seseorang yang patut dan
layak menjadi raja bagimu."
Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk dari Allah,
agar ia memilih serta mengangkat seorang yang bernama "Thalout" menjadi
raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia belum pernah mendengar nama itu atau
mengenalkan orangnya Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang
akan memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya
dengan segera.
Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak, kuat dan
berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang dapat mengetahui
bahwa ia adalah seorh yang cerdik, cekap dan bijaksana, memiliki hati
yang tabah dan berani. IA hidup dan bertempat tinggal di sebuah desa
yang agak terpencil sehingga tidak banyak dikenal orang Ia hidup bersama
ayahnya bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.
Pada suatu hari di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya menguruskan
tanah ladangnya terlepaslah dari kadang seekor keldai dari haiwan-2
peliharaannya dan menghilang sesat. Pergilah Thalout bersama seorang
bujangnya mencari keldai yang hilang itu di celah-2 lembah dan bukit-2
di sekitar desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang
terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena khuatir
ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama meninggalkan rumahnya
mencari keldai yang hilang itu.
Berkata sang bujang kepada Thalout: "Kami sekarang sudah berada di
daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah baiknya kalau kami
pergi kepadanya menanyakan kalau-2 ia dapat memberikan keterangan dan
petunjuk kepada kami di mana kiranya kami dapat menemukan keldai kami
itu. Ia adalah seorang nabi yang menerima petinjuk dari Tuhannya melalui
para malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib
yang ditanyakan oleh orang kepadanya."
Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah mereka berdua
menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-2 perjalanan, mereka bertanya
kepada beberapa gadis yang ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah
perigi: "Di manakah tempat tinggal Nabi Somu'il?" "Tidak usah kamu
cepat-2 meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang ke
sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh rakyat tempat
itu." Para gadis itu menjawab.
Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan keteranagnnya,
muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-seri memancarkan cahaya
kenabian dan kealiman yang mengesahkan.
Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah saling pandang memandang,
berkatalah Thalout: "Wahai Nabi Allah, kami datang menemui bapak untuk
memohon pertolongan yaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan
petunjuk di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah
terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan jejaknya
walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."
Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah ia bahwa
inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk menjadi raja pemimpin dan
penguasa Bani Isra'il. Ia berkata kepada Thalout: "Keldai yang engaku
cari itu sedang berada dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat
ayahmu. Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu
dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan ingin
menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih penting dari soal
keldai. Engaku telah dipilih oleh Allah untuk memimpin Bani Isra'il
sebagai raja, mempersatukan barisan mereka yang sudah kacau-balau serta
membebaskan mereka dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki
negeri mereka. Dan insya-Allah Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan kemujuran dalam
segala sepak terajangmu."
Thalout menjawab: "Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja dan pemimpin
Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun anak cucu Benyamin yang
paling papa, terasing dari pengaulan orang ramai, seorang anak tani dan
penggembala haiwan yang tidak dikenal orang?"
Berkata Somu'il: "Itu adlah kehendak Allah dan perintah-Nya. Dan lebih
tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-tugas-Nya. Dialah yang
menugaskan dan Dia pulalah yang akan melengkapi segala kekuranganmu.
Bersyukurlah engkau atas nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas
suci ini dengan keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan
dan perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan Thalout,
diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya dan berkata: " Wahai
kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih untuk menjadi
rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan mengurus segala urusanmu
dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya dan kamu berkewajiban taat
kepadanya, mematuhi segala perintahnya dan berdiri tegak di belakang
komandinya. Bersatu padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan
bersiap-siaplah untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."
Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni somu'il mendengarkan
pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai raja, tercengang dan
terkejut dan dengan mulut ternganga mereka melihat satu kepada yang
lain, berpindahan pandangan mereka dari wajah Somu'il ke wajah thalout
yang menandakan kehairanan dan ketidak-puasan dengan pengangkatan itu.
Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti Thalout
yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang ialah yang akan dipilih
oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan seorang raja bagi mereka.
Berkata mereka kepada Somu'il: "Bagaimana seorang seperti Thalout ini
akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia seorang yang miskin
yang tidak dikenal orang dan pergaulan sehari-harinya hanya terbatas
didesanya. selain ituia bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan
para nabi Bani Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang
menurunkan raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak
memiliki pengalaman dan kecekapan yang diperlukan oleh seorang raja
untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa tidak dipilih
sahaja seorang drp mereka yang berada di kota yang pandai-pandai,
berpengalaman dan berkeadaan cukup?"
berkata Somu'il menanggapi keberatan-2 yang dikemukakan oleh kaumnya:
"Pengurusan kerajaan dan pemimpin perang tidak memerlukan kebangsawanan
atau kekayaan. Ia memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan
berfikir dan kecekatan bertindak. sifat-2 itu terdapat dalam dir Thalout
di samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan tg tegap dan kekar
serta paras muka yang tampan yang memberi kesan baik bagi orang-orang
yang menghadapinya. Selain itu semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan
Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hamba-Nya. Maka tidak
patutlah kami memilih orang lain setelah Allah menjatuhkan
pilihan-Nya."
"Baiklah", kata mereka, "Jika yang demikian itu pilihan dan kehendak
Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain meneriam kenyataan ini.
Akan tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan kami tentang diri
Thalout, berilah kepada kami suatu tanda yang dapat menyakinkan kami
bahwa Thalout benar-benar pilihan Allah."
Somu'il menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak dan tabiat
kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak berada di dalam hati
tetapi di kelopak mata. Kamu tidak mempercayai sesuatu tanpa bukti yang
dapat kamu rasa dengan pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah
merestui pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan
menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang dan dirampas
oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu datang kepadamu dibawa
oleh malaikat. Pergilah kamu keluar kota sekarang juga untuk
menerimanya."
Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il dengan
ditemuinya kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada di tangan
orang-orang Palestin itu, maka diterimalah pengangkatan Thalout sebagai
raja mereka dengan memberikan bai'at kepadanya dan janji akan taat serta
mematuhi segala nasihat dan perintahnya.
Raja Thalout
Tugas pertama yang dilakukan oleh thalout setelah dinobatkan sebagai
raja ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para pemuda dan
orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera yang akan mengahdapi
bangsa Palestin yang terkenal kuat dan berani.
Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat, tidak
mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-2 dagang usaha
sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk berjuang dan memusatkan
fikiran dan tenaga bagi mencapai kemenangan dna menghalaukan musuh dari
negeri mereka dengan semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai
ujian untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan
tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan
perintahnya, Thalout berkata mereka: "Kamu dalam perjalananmu di bawah
terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai. Maka barang siapa di
antara kamu minum dari air sungai itu, ia bukan pengikutku yang setia
yang dapat kupercayai kesungguhan hatinya dan kebulatan tekadnya.
Sebaliknya barangsiapa di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu
seciduk tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah
seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat kuandalkan
keberaniannya dan kedisiplinannya."
Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan menjadi
kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai yang dimaksudkan
itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari mereka yang berdisiplin
mengikuti petunjuk Thalout secara tepat. Sedang bahagian yang besar
tidak dapat bersabar menahan dahaganya dan minumlah mereka dari air
sungai itu sepuas-puas hatinya.
Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian besar dari
anggota tenteranya, thalout tetap berkeras hati melanjutkan
perjalanannya menuju ke medan perang dg pasukan yang tidak bersatu padu
dan berdisiplin sebagaimana ia menduga dan mengharapkannya. Ia hanya
bersandar dan mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil
yang sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan petunjuknya.
Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar perintahnya dan minum dari
air sungai itu, Thalout bersikap sabar, lunak dan bijaksana untuk
menghindari keretakan di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi
musuh.
Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan musuh,
sebahagian drp pasukan Thalout ialah mereka yang telah melanggar
disiplin dan minum dari air sungai, merasa kecil hati dan ketakutan
melihat pasukan musuh yang terdiri dari orang-orang kuat dan besar-besar
dengan peralatan yang lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih besar
di bawah pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".
Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang panglima yang
berani, cekap dan terkenal tidak pernah kalah dalam peperangan. Tiap
orang yang berani bertarung dengan dia pasti jatuh terbunuh. Namanya
telah menimbulkan rasa takut dan kecil hati pada bahagian besar dari
pasukan Thalout. berkata mereka kepadanya: "Kami tidak berdaya dan tidak
akan sanggup menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari
ini. Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya
daripada pasukan kami."
Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang kecil dalam
pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar menghadapi Jalout dan
bala tenteranya, walaupun mereka lebih besar dan lebih lengkap
peralatannya karena mereka keluar ke medan perang mengikuti Thalout
dengan tekad yang bulat hendak membebaskan negerinya dari para penyerbu
dengan berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka
melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat berjuang
bermati-matian melawan musuh yang telah merampas rumah dan tanah mereka
dan bersedia mati untuk tugas suci itu. Berkata mereka kepada kawan-2nya
kelompok pengecut itu: "Majulah terus untuk bertempur melawan musuh.
Kami tidak akan kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan
fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam dada kami
tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan pertolongan Allah tidak
menipis. Berapa banyak terjadi sudah, bahwa kelompok yang kecil
jumlahnya mengalahkan kelompok yang besar, bila Allah mengizinkannya dan
memberikan pertolongan-Nya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang
yang beriman, sabar dan bertawakkal."
Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok pengecut yang
ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban berperang, Raja Thalout
terus maju memimpin pasukannya seraya bertawakkal kepada Allah memohon
pertolongan dan perlindungan-Nya.
Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain dan
pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-2 barisan bangsa Palestin,
panglima besarnya yang bernama Jalout berteriak dengan sekuat suaranya
menentang pasukan Thalout mengajak bertarung seorang lawan seorang
Berulang-ulang ia berseru dengan suara yang lantang agar pihat Thalout
mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan bertarung
namun tidak seorang pun keluar adri tengah pasukan Bani Isra'il
menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan dilontarkan oleh Jalout
kepada pihak musuhnya, pasukan Bani Isra'il yang sedang dicekam oleh
rasa takut dan bimbang menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai
jaguh yang tidak pernah terkalahkan itu.
Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah diri
memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il yang sedang
memandang satu kepada yang lain, seray bertanya-tanya dalam hati
masing-2 gerangan siapakah di antara mereka yang dapat maju membungkam
,ulut si Jalout yang berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada
saat itu menghadap raja Thalout seorang lelaki remaja berparas tampan,
bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian dan
kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar menyambut
tentangan Jalout dan menandinginya.
Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah menawarkan
dirinya untuk bertarung dengan Jalout, sementara orang-orang dari
pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman berperang tidak ada yang
tergerak hatinya untuk menyahut cabaran Jalout yang berteriak-teriak
melontarkan ejekan dan hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan
perawakan sang pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin
kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak membayangkan
seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah turun ke medan perang
dan tiak berpengalaman bertarung akan selamat dan keluar hidup dari
pertarungan melawan Jalout. Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati
Thalout, bahkan merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu
bertarung dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia
akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak pernah memberi
ampun kepada lawan-lawannya.
Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat menangkap isi
hatinya bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk melepaskannya bertarung
dengan Jalout maka berkatalah ia kepadanya: "Janganlah engkau
terpengaruh oleh usia mudaku dan keadaan fizikalku yang menjadikan
engkau ragu-ragu dan khuatir melepaskan aku melawan Jalout karena yang
menentukan dalampertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan
kebesaran badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan
hati dan keuletan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada Allah yang
menentukan hidup matinya seseorang hamba-Nya. beberapa hari yang lalu
aku telah berhasil menangkap seekor singa dan membunuhnya tatkal ia
hendak menyergap dombaku dan sebelum itu terjadi pula aku menghadang
seekor beruang yang ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat
mati-matian. Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan
faktor yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan keteguhan
hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan disertai
perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang lebih ampuh dalam
setiap pertarungan."
Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati yang
ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu berkemahuan keras
ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada dirinya sendiri bahwa ia dapat
mengalahkannya maka diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk
melaksanakan kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya
dan mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh seluruh
anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi baja dan zirah baju
besi namun ia enggan mengenakan pakaian yang berat itu dan pedang pun ia
menolak untuk membawanya dengan alasan ia belum biasa menggunakan
senjata itu. Ia hanya membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan
sebuah bandul untuk melemparkan batu-batu itu.
Berkatalah Thalout kpanya: "Bagaimana engkau dapat bertarung dengan
hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-batu melawan Jalout yang
bersenjatakan pedang, panah dan berpakaian lengkap?"
Pemuda itu menjawab: "Tuhan yang telah melindungiku dan taring singa dan
kuku beruang akan melindungiku pula dari pedang dan panah Jalout yang
durhaka itu." Lalu dengan berbekalkan senjata yang sgt sedrhana itu,
keluarlah ia dari tengah-2 barisan Bani Isra'il menuju gelanggang di
mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya seraya
berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.
Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak bertanding
dengan dia adalah seorang pemuda remaja tidak bersenjatakan pedang atau
panah dan tidak pula mengenakan topi baja dan zirah, dihinalah ia dan
diejek dengan kata-kata: "Utk apakah tongkat yang engkau bawa itu."Utk
mengejar anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan
engkau? Di mana pedangmu dan zirahmu? Rupa-rupanya engkau sudah bosan
hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda yang belum merasakan
suka-dukanya kehidupan dan yang masih harus banyak belajar dari
pengalaman. Majulah engkau ke sini akan aku habiskan nyawamudalam
sekelip mata dan akan kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi
binatang-2 di darat dan burung-2 di udara."
Sang pemuda menjawab: "Engkau boleh bangga dengan zirah dan topi bajamu,
boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan panahmu yang tidak akan
sanggup menyelamatkan nyawamu dan tanganku yang masih halus dan bersih
ini. Aku datang ke sini dengan nama Allah Tuhan Bani Isra'il yang telah
lama engkau hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar
lagi akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri hayatku
atau kehendak Allah dan kekuasaan-Nya yang akan meranggut nyawamu dan
mengirimkan engkau ke neraka Jahannam?"
Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat mendekatinya, sang
pemuda segera mengeluarkan batu dari sakunya, melemparkannya dengan
bandul tepat ke arah kepala Jalout yang seketika itu juga mengalirkan
darah dengan derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan
lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga terjatuhlah
Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan nafas terakhirnya.
Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari pihak pasukan
Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah perkasa itu atas Jalout
jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin. Dan dengan matinya Jalout
hilanglah semangat tempur pasukan Palestin dan mundurlah mereka
melarikan diri tunggang-langgang seraya dikejar dan diajar tanpa ampun
oleh pasukan Thalout yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan
harga diri serta kebanggaan nasionalnya.
Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al-Quran dalam surah "Al-Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud :~
"246~ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Isra'il sesudah
Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang Nabi mereka:
"Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami dapat berperang {di bawah
pimpinannya} di jalan Allah." Nabi mereka berkata: "Mungkin sekali jika
kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang`." Mereka
menjawab : "Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah, padahal
sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari
anak-anak kami?" Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka
pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah
Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim. 247~ Nabi mereka mengatakan
kepada mereka: "Sesungguhnya Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu."
Mereka menjawab: "Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih
berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak
diberi kekayaan yang cukup banyak?" Nabi mereka berkata: "Sesungguhnya
Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang
luas dan tubuh yang perkasa." Allah memberi pemerintahan kepada siapa
yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha
Mengetahui. 248~ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka: "Sesungguhnya
tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya tabout kepadamu di dalamnya
terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari peninggalan keluarga
Musa dan keluarga Harun tabout itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang
beriman. 249~ Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya ia
berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu sungai. Maka
siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan
barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali orang yang hanya menciduk
seciduk tangan, maka ia adalah pengikutku." Kemudian mereka meminumnnya
terkecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan
orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu,
orang-orang yang telah minum berkata: "Tak ada kesanggupan kami pada
hari ini untuk melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang
menyakini bahwa mereka akan menemui jalan Allah berkata: "Berpa banyak
terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak
dengan izin Allah dan Allah berserta orang-orang yang sabar. 250~
tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka, mereka pun
berdoa: "Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami dan
kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang
kafir." 251~ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout dengan
izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh Jalout, kemudian
Allah memberikan kepadanya {Daud} pemerintahan dan hikmah {sesudah
meninggalkan Thalout} serta Allah mengajarkan kepadanya apa yang
dikehendaki-Nya." { Al-Baqarah : 246 ~ 251 }
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Jangan Spam dan berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan)